Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia : Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Bali
Wednesday, December 4, 2019
Wawasan Pendidikan; salah satu kerajaan Hindu-budha yang paling terkenal adalah Kerajaan Majapahit. kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. pada masa kejayaannya, kerajaan majapahit menguasai beberapa wilayah di indonesia terbentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan. sedangkan Kerajaan Bali merupakan kerajaan Hindu-Budha yang pernah memerintah di Bali, di Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia. kerajaan Bali menunjukkan budaya istana Bali yang canggih di mana unsur-unsur roh dan penghormatan leluhur dikombinasikan dengan pengaruh Hindu, yang diadopsi dari India melalui perantara Jawa kuno membentuk budaya Bali. (Baca Juga : Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia : Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari)
1. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Jawa dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Kerajaan ini terletak di sekitar Sungai Brantas dengan pusatnya yang berada di Hutan Tarik, Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu Raja Kertanegara di sekitar tahun 1293 Masehi. Tanggal pasti kelahiran Majapahit adalah pada hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau 10 November 1293.
Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Kertajasa Jayawardana dengan masa kekuasaan dari tahun 1293 M - 1309 M. Tahta kerajaan dialihkan kepada Jayanegara yang dalam Kitab Pararaton disebut dengan “Kala Gemet” yang berarti penjahat yang lemah. Jayanegara memimpin Majapahit dari tahun 1309 M – 1328 M.
Tahta kerajaan seharusnya berpindah ke Gayatri Rajapatni yang merupakan ibu tiri Jayanegara, namun Rajapatni mengundurkan diri dan memilih hidup sebagai bikshuni. Tahta kerajaan akhirnya diberikan kepada anak perempuannya yang bernama Sri Gitaraja yang kemudian bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi, dengan masa kepemimpinan tahun 1328 M – 1350 M.
Pada tahun 1336 M, Tribhuwana Wijayatunggadewi menunjuk Gajah Mada sebagai maha patih. Pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang merupakan sebuah keinginan untuk melebarkan kekuasaan Majapahit. Pada masa pemerintahan Tribhuwana kerajaan Majapahit semakin berkembang.
Tahta kerajaan kemudian beralih ke putranya yang bernama Hayam Wuruk pada tahun 1350 dan bergelar Sri Rajasanagara. Majapahit mencapai kejayaan dengan wilayah kekuasaan yang luas di nusantara pada masa pemerintahan Hayam Wuruk yaitu dari tahun 1350-1389. Menurut Kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit meliputi Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga wilayah Indonesia Timur.
Selama menjabat menjadi maha patih pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Gajah Mada berhasil menambahkan Bali, Jawa, dan Sumatera sebagai wilayah kekuasaan Majapahit. Meskipun Gajah Mada meninggal sekitar tahun 1364, namun ekspansi wilayah kerajaan masih tetap berlanjut.
Di tahun 1365, seluruh Kepulauan Melayu, kecuali wilayah Sri-Vijaya dan 2 koloninya, berhasil ditaklukan oleh Majapahit. Disusul dengan jatuhnya Palembang ibukota Sri-Vijaya pada tahun 1377 di tangan tentara Hayam Wuruk. Demikian juga dengan Kerajaan Singapura yang merupakan bagian dari Sri-Vijaya.
Faktor yang mempengaruhi Kejayaan Kerajaan Majapahit :
- Memiliki lokasi yang strategis karena berada dalam jalur perdagangan rempah-rempah.
- Salah satu sumber kekayaan Majapahit adalah dari pemungutan pajak atas barang-barang yang dikirim melalui wilayah kekuasaannya.
- Sistem ketatanegaraan di Kerajaan Majapahit telah terstruktur dengan baik.
Sebagai sebuah kerajaan yang besar dan berjaya, kekuasaan Majapahit berlangsung dari tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Pada masa Kerajaan Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia sehingga memegang kekuasaan tertinggi.
Kerajaan Majapahit merupakan negara bercorak agraris dengan komoditas utama berupa beras dan rempah-rempah. Majapahit juga menjalankan aktivitas perdagangan dengan beberapa pelabuhannya yang berada di Tuban, Gresik, dan Surabaya dengan komoditas berupa garam, lada, cengkeh, pala, kayu cendana, gading, dan intan.
Dalam bidang sosial budaya, Hayam Wuruk berhasil membangun Candi Panataran, Candi Tegalwangi, Candi Sumber Jati, dan bangunan lainnya di wilayah Trowulan, Mojokerto yang menjadi pusat pemerintahan Majapahit.
Karya sastra yang muncul di masa kekuasaan Hayam Wuruk adalah Kitab Negarakertagama, Sutasoma, Arjuna Wijaya, dll. Dalam Kitab Sutasoma inilah terdapat istilah “Bhineka Tunggal Ika” yang saat ini menjadi semboyan Negara Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi kemunduran kerajaan Majapahit
Setelah mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemunduran yang disebabkan oleh adanya beberapa faktor, yaitu:
- Terjadinya perang suksesi yang berlangsung selama 4 tahun pada awal abad ke-15.
- Masuknya agama Islam yang juga diikuti dengan banyaknya kerajaan yang masuk ke dalam agama Islam, diantaranya adalah Kesultanan Malaka.
- Kerajaan Majapahit tidak mampu bersaing dengan negara-negara tetangganya yang telah memeluk Islam.
- Terjadinya perpecahan hingga akhirnya Majapahit runtuh pada tahun 1478 atau di awal abad ke-15 Masehi.
2. Kerajaan Bali
Kerajaan Bali berada di pulau kecil yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa, yang dahulu masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa. Dalam perkembangannya, Kerajaan Bali memiliki hubungan yang sangat erat dengan Pulau Jawa.
Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh di awal abad ke-15, banyak rakyat Majapahit yang diduga melarikan diri ke wilayah ini dan menetap di Bali. Sehingga banyak anggapan yang menyebutkan bahwa sebagian masyarakat Bali merupakan pewaris tradisi dari Majapahit.
Kerajaan Bali menganut kepercayaan Agama Hindu. Walaupun dalam perkembangannya bukan hanya Hindu saja yang dominan tetapi juga kepercayaan lainnya seperti animisme dan dinamisme yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang.
Menurut prasasti yang ditemukan di Desa Blanjong, Sanur, sebelum kedatangan Majapahit, Kerajaan Bali diketahui telah berdiri sejak sekitar tahun 914 M. Prasasti dengan angka tahun 836 saka menyebutkan adanya nama raja Khesari Warmadewa yang memiliki istana di Singhadwala.
Beberapa prasasti yang ditemukan tidak ada gambaran jelas bagaimana pergantian raja yang satu dengan yang lain. Dalam prasasti yang ditemukan di Jawa Timur hanya disebutkan bahwa Bali pernah dikuasai oleh Singasari pada abad ke-10 dan Majapahit pada abad ke-14.
Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Bali adalah:
- Prasasti Blanjong
- Prasasti Panglapuan
- Prasasti Gunung Panulisan
- Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu
- Candi Padas di Gunung Kawi
- Pura Agung Besakih
- Candi Mengening
- Candi Wasan
Berikut ini adalah beberapa raja di Kerajaan Bali:
- Shri Kesari Warmadewa (882-914), istananya berada di Singhadwalawa. Hal ini berdasarkan Prasasti Blanjong dengan angka tahun 914.
- Ratu Sri Ugrasena (915-942), istananya berada di Singhadwalawa. Setidaknya ada 9 prasasti yang ditinggalkan, isinya menyebutkan tentang pembebasan pajak untuk daerah tertentu dan pembangunan tempat-tempat suci.
- Tabanendra Warmadewa (955-967)
- Jayasingha Warmadewa Ada dugaan bahwa raja ini bukanlah keturunan Tabanendra karena di tahun yang sama dengan kepemimpinan Tabanendra (960) Jayasingha sudah diangkat menjadi raja meskipun ayahnya belum turun tahta. Raja Jayasingha berkuasa hingga tahun 975 M dan membangun pemandian dari sumber suci di Desa Manukraya yang dikenal dengan sebutan Tirta Empul, letaknya di dekat Tampaksiring.
- Jayashadu Warmadewa (975-983)
- Sri Wijaya Mahadewi (983) yang oleh Stein Callenfels diperkirakan berasal dari Sriwijaya, sementara menurut Damais, ratu tersebut diperkirakan adalah putri dari Empu Sindok (Jawa Timur). Hal ini berdasarkan nama Ratu Wijaya yang lazim terdapat dalam prasasti di Jawa.
- Dharma Udayana Warmadewa yang dalam masa pemerintahannya Kerajaan Bali mengalami kejayaan. Namanya juga disebutkan dalam Prasasti Jalatunda, diperkirakan sebelum naik tahta Udayana pernah berada di Jawa Timur. Permaisurinya adalah Mahendradatta yang merupakan putri Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Udayana memiliki tiga anak, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Disebutkan bahwa Airlangga tidak memerintah di Bali karena menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur.
- Marakata (1011-1022)
- Anak Wungsu (149-1077)
- Jaya Sakti (1133-1150)
- Bedahulu (1343) dan merupakan raja terakhir karena pada masa pemerntahannya Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah kekuasaan Majapahit.
Referensi:
Suparno, Drs. 2018. Modul Pendamping Sejarah Indonesia untuk SMK/SMA Kelas X Semester 1. Klaten Utara: Mulia Group.