Teks Puisi : Unsur Intrinsik, Unsur Ekstrinsik dan Majas/Gaya Bahasa
Wednesday, October 30, 2019
Wawasan Pendidikan; Puisi merupakan sebuah ungkapan jiwa yang ditampilkan secara ekspresif. Ungkapan jiwa ini bisa berupa protes sosial, cinta, nilai-nilai spiritual dan ketuhanan, serta berbagai macam hal yang menyangkut kehidupan manusia. Jika sebelumnya kita telah membahas tentang pengertian, jenis, dan struktur puisi, kali ini kita akan membahas secara lengkap tentang unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, dan majas/gaya bahasa pada puisi. (Baca Juga : Teks Puisi : Pengertian, Jenis, Unsur, dan Struktur Puisi)
picture by kudoswall.com |
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun sebuah puisi, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tema, yaitu inti permasalahan yang terkandung dalam puisi. Misalnya saja tema ketuhanan, kritik sosial, kemanusiaan, keindahan, kebahagiaan cinta, kegagalan cinta, perjuangan, penderitaan hidup dll. Tema dalam puisi mencakup isi keseluruhannya, yang terdiri dari pikiran, perasaan, sikap, maksud dan tujuan penulisan puisi.
- Rasa dan nada, yaitu bagaimana perasaan penyair terhadap objek dan permasalahan yang dikemukakan terhadap pembacanya. Apakah perasaan iba, geram, pasrah, ragu, kecewa, sinis, sabar, dll. Sebuah puisi harus bisa menyentuh dan mempengaruhi perasaan pembacanya.
- Pesan atau amanat, yaitu berupa nasihat yang akan disampaikan kepada pembaca dan nilai-nilai apa yang ingin ditanamkan kepada pembaca.
- Rima atau persajakan, yaitu berupa persamaan bunyi antar kata atau antar baris, persamaan bunyi tersebut bisa di awal, di akhir, dan bahkan di tengah kata atau baris.
- Ritme atau irama, yaitu berupa alunan naik turun, panjang pendek atau keras lemahnya bunyi yang bisa beraturan atau berulang-ulang sehingga menghasilkan sebuah keindahan. Ritme atau irama bisa menjadi gambaran suasana hati penyair dalam melafalkan puisinya.
- Metrum atau matra, yaitu berupa pengulangan tekanan pada posisi-posisi tertentu yang sifatnya tetap.
- Diksi, yaitu berupa pemilihan kata yang tepat dan cermat dari segi bunyi maupun maknanya sehingga menjadi media ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Diksi dalam puisi bisa bermakna denotasi maupun konotasi. Untuk jenis puisi anak bisa menggunakan pemilihan kata denotasi. Atau bisa menggunakan kata konotasi namun dengan pilihan kata yang sederhana.
- Gaya bahasa dan majas atau bahasa figuratif. Unsur ini merupakan ciri khas kebahasaan yang digunakan dalam membuat puisi. Penggunaannya mencakup struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan, peribahasa/bidal/pepatah, pemakaian bahasa slank atau dialek, pemakaian atau pembentukan majas, dll.
Unsur ekstrinsik dalam puisi meliputi beberapa hal seperti berikut ini:
- Biografi pengarang
- Pendidikan pengarang
- Sosial budaya pengarang
- Agama pengarang, dll
Majas/Gaya Bahasa
Puisi merupakan realisasi perasaan penulisnya yang ditulis berdasarkan inspirasi, sekecil dan sesederhana apapun bentuknya. Penulisan puisi pun harus didasarkan pada teknik-teknik tertentu yang meliputi cara penyampaian ide atau biasa disebut dengan majas/gaya bahasa.
Majas adalah permainan bahasa yang digunakan untuk mendapatkan efek estetis, memaksimalkan ekspresi, dan mendapatkan kesan atau rasa tertentu. Berikut ini adalah beberapa majas yang sering digunakan dalam puisi:
a. Metafora, yaitu perbandingan langsung, contohnya adalah:
- Kaulah kandil kemerlap, pelita jendela di malam gelap.
- Aku ini binatang jalang.
- Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
- Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
- Aku mau hidup seribu tahun lagi.
- Cita-citanya setinggi langit.
- Bulan tersenyum menyaksikan kebahagiaan mereka berdua.
- Sepi menyanyi, malam dalam mendo’a tiba.
- Sudah lama aku tidak melihat batang hidungnya.
- Untuk memasuki tempat wisata itu setiap kepala harus membayar Rp 20.000.
- Politisi dan pejabat tinggi adalah calo-calo yang rapi.
- Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942.
- Palayan toko disebut dengan pramuniaga.
- Orang buta disebut sebagai tuna netra.
- Bisa dan luka kubawa lari, hingga hilang pedih perih.
- Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa.
- Untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.
- Dengan seribu gunung langit tak runtuh, dengan seribu perawan hati tak jatuh, dan dengan seribu sibuk sepi tak mati.
- Aku manusia..... Rindu rasa...... Rindu rupa
- Kalau kau mau, aku akan menghampiri......Kalau kau kehendaki, aku akan menghampiri..... Kalau kamu minta, aku akan menghampiri
- Bukan hanya beratus, beribu malah berjuta orang yang telah menderita akibat peperangan.
- Dari kecil sampai dewasa, malah sampai setua ini engkau belajar, tapi tak juga pandai-pandai.
- Jangankan satu juta, seratus ribu pun aku tak punya.
- Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya semuanya tidak luput dari penyakit turunan itu.
- Dia tertawa, tetapi hatinya menangis.
- Gajinya besar, tetapi hidupnya melarat.
- Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan semua hadir dalam perayaan itu.
- Hidup matimu, susah senangmu serahkan saja pada Yang Maha Kuasa.
- Naiklah ke atas lalu belok ke kiri di situlah rumahnya.
- Maju ke depan dan perkenalkan namamu.
- Keluarganya pulang kampung menggunakan Avanza. (merk mobil)
- Dia tertipu puluhan juta karena membeli hermes palsu. (merk tas)
- Masih pukul 08.00, kenapa kamu sudah bangun?
- Yang kami minta hanyalah gapura saja, bukan tugu, lapangan bola, atau air mancur warna-warni.
- Muntah aku melihat kelakuanmu yang tidak pernah berubah!
- Apakah kamu tidak punya telinga, dipanggil dari tadi tidak datang juga.
- Dasar otak udang, disuruh mengerjakan soal begitu saja tidak bisa.
Referensi:
Haryani, S.Pd., M.Pd. 2018. Modul Pendamping Bahasa Indonesia Kelas X semester 2. Klaten Utara: Mulia Group.