Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah : Ciri-ciri, Manfaat, dan Fungsinya
Friday, September 27, 2019
wawasan pendidikan; Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya bangsanya sendiri, sepenggal kalimat dari Bung Karno ini memiliki makna yang sangat mendalam. Setiap bangsa pasti memiliki sejarahnya sendiri dan kesadaran untuk memahami perjalanan sejarah bangsa merupakan hal yang sangat penting.
Kesadaran sejarah sendiri merupakan suatu dimensi historis dalam konsepsi waktu yang dimiliki oleh manusia yang berbudaya. Dalam hal ini manusia yang berbudaya akan mengenal waktu dalam sudut pandang objektif maupun subjektif.
picture by greatedu.co.id |
Waktu yang objektif adalah waktu yang dapat disadari bersama dan diakui oleh orang lain. Sementara waktu subjektif adalah waktu yang bersifat internal dan dipengaruhi oleh emosi dan perasaan.
Jika dilihat dari segi bahasa, “sejarah” berasal dari Bahasa Arab syajaratun yang berarti “pohon”, pohon di sini mengacu pada “pohon keluarga” atau asal usul dan silsilah. Bisa diartikan juga sebagai suatu kejadian atau perkembangan tentang suatu peristiwa yang terjadi secara berkesinambungan.
Sementara arti “sejarah” yang dikenal saat ini merupakan alih bahasa dari Bahasa Inggris “history” yang bersumber dari Bahasa Yunani Kuno “historia” yang artinya adalah belajar dengan cara bertanya. Kata historia bisa diartikan sebagai telaah mengenai gejala-gejala perihal manusia dalam urutan yang kronologis.
(baca juga Pengertian Ruang Lingkup Ilmu Sejarah)
Sehingga arti sejarah saat ini adalah “gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang diberi tafsiran dan analisis sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti”.
Sebagai sebuah ilmu, sejarah memiliki karakteristik yang bersifat empiris, memiliki objek, memiliki teori, metode, dan generalisasi. Karena merupakan kajian tentang masa lampau manusia, maka batasan sejarah secara tegas terpisah dengan peristiwa alam dan perkembangannya.
Lingkup sejarah hanyamengkaji tentang kehidupan manusia di masa lampau karena manusia merupakan pelaku sejarah. Sehingga manusia memiliki sejarah atau zoon historicon. Oleh karena itu, objek kajian sejarah meliputi semua aspek dan bentuk manusia di masa lampau. Baik sebagai individu maupun kelompok, fisik maupun non fisik. Dengan kata lain, fokus perhatian dari sejarah adalah kebudayaan manusia di masa lampau.
A. Cara Berpikir Diakronis (Kronologis) dalam Sejarah
Menurut Kuntowijoyo, ada dua kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian dan penulisan ilmu-ilmu sosial, yaitu cara berpikir kronologis (diakronis) dan sinkronis.
Diakronis atau diachronich dalam Bahasa Latinterdiri dari dua kata, yaitu “dia” yang memiliki arti melalui atau melampau dan “chronicus” yang berarti waktu. Sehingga diakronis bisa diartikan memanjang dalam waktu tetapi tetap terbatas dalam ruang.
Berpikir diakronis juga bisa disebut berpikir kronologis (urutan), konsep berpikir dari keduanya mementingkan proses sehingga berusaha untuk melihat sejarah dari sudut rentang waktu. Yaitu dengan menganalisis evolusi dari waktu ke waktu sehingga lebih memfokuskan pada perubahan dari masa lampau.
Seorang sejarawan akan menggunakan pendekatan diakronis untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu sehingga memungkinkan untuk membuat kesimpulan mengapa keadaan tertentu berkembang atau berkesinambungan.
Cara berpikir diakronis bersifat vertikal dan memiliki konsep perbandingan. Sebagai contohnya adalah peristiwa Perang Diponegoro yang terjadi antara tahun 1825-1830, perkembangan Sarekat Islam di Solo pada tahun 1911-1920, dan Revolusi Fisik di Indonesia pada tahun 1945-1949.
Jika disimpulkan, ciri-ciri pendekatan diakronis adalah sebagai berikut:
- Pengkajian dilakukan dengan berlalunya masa
- Lebih menekankan pada pengkajian peristiwa sejarah
- Bersifat vertikal, historis atau komparatif
- Adanya konsep perbandingan
- Memiliki cakupan kajian yang lebih luas
Manfaat pendekatan diakronis adalah sebagai berikut:
- Memiliki pengetahuan yang relevan dengan hubungan sebab akibat atau kesatuan yang terintegrasi
- Bisa menelaah peristiwa sejarah dan mengetahui asal muasal tiap komponen, bagian, sub sistem, sistem, dan supra sistem.
- Memiliki keinginan untuk mempelajari, memahami, dan menguraikan sejarah.
- Memiliki pengetahuan tentang latar belakang masyarakat, sejarah, dan budayanya.
Fungsi pendekatan diakronis adalah sebagai berikut:
- Untuk mengurutkan peristiwa sejarah sesuai dengan waktu kejadiannya sehingga memudahkan dalam melakukan rekonstruksi peristiwa di masa lalu.
- Membantu memudahkan dalam membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di tempat berbeda dalam waktu yang sama.
B. Cara Berpikir Sinkronis dalam Mempelajari Sejarah
Istilah sinkornis berasal dari Bahasa Yunani “syn” yang berarti “dengan”, dan “khronos” yang memiliki arti “waktu atau masa”. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan sebagai “segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa”.
Sedangkan kajian sejarah secara sinkronis bisa diartikan “mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa tertentu secara lebih mendalam”.
Menurut Kuntowijoyo, konsep berpikir sinkronis dalam sejarah adalah sebagai berikut:
- Sejarah merupakan ilmu diakronis yang memanjang dalam waktu namun dalam ruang yang sempit.
- Ketika bersentuhan dengan ilmu sosial, sejarah juga menjadi ilmu yang sinkronis. Jadi selain memanjang dalam waktu sejarah juga melebar dalam ruang.
- Dengan demikian konsep berpikir sinkronis membutuhkan ruang yang lebar untuk menggambarkan peristiwa sejarah, jika peristiwa tersebut telah ditinjau dari berbagai aspek melalui berbagai pendekatan atau multidimensional.
Berpikir sinkronis dalam mempelajari sejarah adalah mempelajari dan mengkaji struktur atau karakter suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain dibatasi oleh waktu.
Salah satu contoh berpikir sinkronis dalam sejarah adalah menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia pada rentang waktu tertentu, seperti misalnya kondisi ekonomi masyarakat Indonesia di tahun 1945-1950. Yaitu dengan menguraikan berbagai aspek di dalamnya. Pendekatan sinrkonis merupakan cara berpikir yang khas dari ilmu-ilmu sosial.
Jika disimpulkan, ciri-ciri pendekatan sinkronis adalah sebagai berikut:
- Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi dalam kurun waktu tertentu
- Lebih menitikberatkan pada pengkajian struktur atau karakter
- Bersifat horizontal
- Tidak ada konsep perbandingan di dalamnya
- Memiliki cakupan kajian yang lebih sempit
- Memiliki sistematis yang tinggi
- Sifatnya lebih serius dan mendalam
Manfaat pendekatan sinkronis adalah:
Bisa menganalisis suatu peristiwa pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Pendekatan ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan terhadap perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, melainkan hanya menganalisis suatu kondisi yang terjadi.
Fungsi pendekatan sinkronis adalah:
- Mengamati kehidupan sosial secara luas dalam dimensi ruang
- Memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling terkait antara satu unit dengan unit lainnya
- Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan penjelasan bagian per bagian
- Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, arkeologi, ekonomi, dan politik.
Keterkaitan Berpikir Sejarah secara Diakronis dan Sinkronis
Sejarah adalah proses, sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah memiliki sifat diakronis, yang memanjang dalam waktu dengan ruang yang terbatas. Dalam sejarah terdapat proses yang berkelanjutan atau kontinuitas.
Sedangkan ilmu sosial lebih bersifat sinkronis dan menekankan pada struktur, sehingga ilmu sosial meluas dalam ruang. Analisis dilakukan terhadap sesuatu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya.
Kedua pendekatan ini saling berhubungan (ilmu sejarah-ilmu sosial). Perlu diketahui bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dengan ilmu sosial yang sinkronis. Ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial demikian juga sebaliknya. Ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronis yang bercampur dengan sinkronis.
Referensi:
Suparno, Drs. 2018. Modul Pendamping Sejarah Indonesia untuk SMK/SMA Kelas X Semester 1. Klaten Utara: Mulia Group.
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Konsep-Berpikir-Diakronik-dan-Sinkronik-dalam-Sejarah/konten5.html