Interaksi Sosial : Proses dan Cara serta kendala-kelndala dalam Berinteraksi
Thursday, September 28, 2017
Wawasan Pendidikan; sebagai makhluk sosial, maka manusia pasti akan melakukan interaksi sosial antara individu satu dengan individu lainnya. namun, tidak semua manusia dapat dengan mudah melakukan interaksi sosial. nah, kali ini sobat pendidikan akan membahas tentang proses interaksi sosial hingga kendala-kendala yang dialami individu dalam berinteraksi. semoga bermanfaat.
A. Proses Interaksi Sosial
Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk sosial disamping sebagai makhluk individual. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi.
Dalam interaksi sosial ada kemungkinan manusia dapat menyesuaikan dengan orang lain, atau sebaliknya. Penyesuaian di sini mempunyai arti yang luas, yaitu bahwa manusia dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau sebaliknya manusia dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri manusia, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh manusia tersebut.
Proses membimbing individu/manusia kedalam dunia sosial disebut sosialisasi. Atau suatu proses di mana seseorang dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan norma-norma atau adat istiadat yang berlaku di lingkungan sosialnya. Dalam proses sosialisasinya manusia belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga ketrampilan-ketrampilan sosial seperti bahasa, bergaul, berpakaian, cara makan, dan sebagainya.
Sosialisasi bisa berlangsung secara tatap muka, tapi bisa juga dilakukan dalam jarak tertentu melalui sarana media, atau surat menyurat, bisa berlangsung secara formal ataupun informal, baik sengaja maupun tidak sengaja. Sosialisasi dapat dilakukan demi kepentingan orang yang disosialisasikan ataupun orang yang melakukan sosialisasi, sehingga kedua kepentingan tersebut bisa sepadan ataupun bertentangan.
Sosialisasi terjadi melalui “conditioning” oleh lingkungan yang menyebabkan individu atau manusia mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti berbahasa cara berjalan, duduk, makan, apa yang dimakan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang dianut dalam masyarakat seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang lebih tua, pekerjaan, rekreasi dan segala sesuatu yang perlu bagi warga masyarakat yang baik. Sosialisasi tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya.
B. Syarat dalam berinteraksi Sosial
Dalam interaksi sosial, ada dua syarat yang harus dipenuhi, karena suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila dua syarat tersebut tidak terpenuhi. Syarat tersebut adalah :
1. Adanya kontak sosial (social contact)
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu :
- Antara orang perorangan, misalnya anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses tersebut terjadi melalui socialization, yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.
- Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.
- Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Terjadinya suatu kontak, tidak semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Karena itu kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang bersifat positif, apabila kontak tersebut mengarah kepada suatu kerja sama. Sedangkan yang bersifat negatif, apabila mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat juga mersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sebaliknya, kontak yang bersifat sekunder memerlukan suatu perantara
2. Adanya komunikasi.
Pada dasarnya komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasi-informasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan atapun yang lain-lain dari penyampai atau komunikator kepada penerima atau komunikan. Dalam komunikasi yang penting adanya pengertian bersama dari lambang-lambang tersebut, karena itu komunikasi merupakan proses sosial, yang apabila berlangsung terus menerus akan terjadi interaksi. Dengan komunikasi manusia dapat berkembang dan dapat melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ketika manusia berinteraksi dengan lingkungannya, ada proses saling mempengaruhi di dalamnya. Pengaruh lingkungan sosial tersebut ada yang diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga, teman-teman, teman sepekerjaan, dan sebagainya. pengaruh yang tidak langsung melalui radio dan televisi, dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, dan sebagainya
Melalui proses sosialisasi, individu atau manusia yang tadinya hanya sebagai makhluk biologis belajar tentang nilai, norma, bahasa, simbol, ketrampilan dan sebagainya untuk dapat diterima dalam masyarakat di mana ia berada. Untuk menjadi anggota masyarakat yang “normal” atau diterima dalam masyarakat diperlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Ia dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain dari padanya. Pada akhirnya nanti, dalam interaksi sosial yang dilakukannya ia akan memperoleh “self concept” atau suatu konsep tentang dirinya.
C. Cara Berinteraksi Manusia dengan Lingkungan
Menurut Woodworth, cara individu atau manusia berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
- Individu bertentangan dengan lingkungannya
- Individu menggunakan lingkungannya
- Individu berpartisipasi dengan lingkungannya
- Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
1. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis)
contoh : seorang mahasiswa yang belajar di negeri asing, Inggris misalnya, ia menyesuaikan dirinya dengan lingkungan alamiah di sana : berpakain panas dan tebal, membiasakan makan dan minum di sana, melakukan tata cara dan adat istiadat yang berlaku di sana, dan sebagainya.
2. Mengubah sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (penyesuaian diri alloplastis)
contoh : Misalnya orang-orang transmigran dari Jawa Tengah ke Sumatera atau kalimantan, meskipun tata cara dan kehidupan masyarakat yang didatangi itu berbeda, namun sesampainya mereka di tempat yang baru itu mereka membuat dan mengatur rumahnya serta mengerjakan sawah ladangnya menurut apa yang telah mereka lakukan di tempat asalnya. Juga cara-cara hidup dan pergaulan serta adat istiadatnya. Bahkan pengaruh dari para transmigran inilah yang banyak merubah lingkungan dan masyarakat yang didatanginya.
Dalam pergaulan sehari-harinya, manusia tidak bisa lepas dari orang lain. Begitu juga saat manusia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ada banyak hal yang haris diperhatikan. Begitu banyak peraturan yang harus dijalani, sekaligus dihindari. Karena ketidakserasian akan menimbulkan akibat-akibat yang negatif dalam pergaulan hidup, dan tidak mustahil akan terjadi apabila terdapat kegagalan dalam penyesuaian diri di dalam proses interaksi tersebut. Karena itu, sebaiknya sebelum manusia melakukan interaksi, terlebih dahulu melakukan introspeksi (mawas diri). Kalau dirinya sudah merasa tenang maka dia akan dapat berpikir secara lebih jernih dan mengambil keputusan secara lebih mantap.
Pada dasarnya, kehidupan sosial bertujuan untuk mencapai kebahagiaan, namun yang tidak identik dengan kenikmatan ataupun kemewahan. Karena itu, usaha-usaha untuk selalu mengaitkan tujuan interaksi sosial dengan kekayaan materiil, kekuasaan, prestise dan ketenaran, hanya akan mendatangkan kesedihan dan kekecewaan belaka. Selain itu di dalam pergaulan hidup seseorang harus selalu dapat mempertahankan kehormatan diri, integritas, serta mengerti perasaan dan motivasi tingkah laku pihak lain.
D. Kendala - Kendala dalam melakukan Sosialisasi
Dalam pelaksanaannya proses sosialisasi tidak selalu berjalan lancar. Ada sejumlah kesulitan dalam proses tersebut yang bisa menjadi penghambat sosialisasinya yaitu :
1. Kesulitan komunikasi
Hal ini terjadi bila anak tidak mengerti apa yang diharapkan dari padanya, atau tidak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya, biasanya terjadi pada anak yang tak memahami lambang-lambang seperti bahasa isyarat, dan sebagainya.
2. Adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan.
Masyarakat modern terpecah-pecah dalam berbagai sektor atau kelompok-kelompok yang masing-masing menuntut pola kelakuan yang berbeda-beda, walaupun demikian tiap orang harus berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai situasi sosial, sering juga yang bertentangan normanya bila pertentangan itu tajam dan individu tak mampu menyesuaikan diri maka ada kemungkinan ia akan mengalami gangguan psikologis atau sosial.
3. Perubahan-perubahan dalam masyarakat sebagai akibat modernisasi, industrialisasi dan urbanisasi.
Perubahan masyarakat membawa perubahan norma-norma dan terpecahnya masyarakat dalam berbagai segmen dan menimbulkan norma yang beraneka ragam
Pola kelakuan manusia dalam masyarakat berbeda-beda, karena itu tiap manusia harus berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai situasi sosial. Manusia harus pandai membawa diri, tahu dan mampu menempatkan diri dalam masyarakat. Kesadaran untuk berbaur dengan seluruh lapisan masyarakat harus dipupuk. Hal ini untuk menghindari adanya kesenjangan sosial. Manusia juga harus peka sosial, tidak menutup diri dan terasing dari dunia luar
Kemampuan manusia dalam bersosialisasi tidak bisa timbul secara langsung. Ada tahap-tahap yang harus dilalui. Alangkah baiknya jika sejak masih anak-anak orangtua mengajarkan pada mereka tentang kehidupan ini. Karena kewajiban orangtua dalam hubungannya dengan proses sosialisasi di masa kanak-kanak adalah untuk membentuk kepribadian mereka.
Apa yang dilakukan orangtua pada anak di masa awal pertumbuhannya sangat menentukan kepribadian anak-anaknya kelak. Dalam hal ini orangtua adalah model bagi anaknya dalam membentuk perilakunya.
Sumber:
- Bimo Walgito. (2001). Psikologi Sosial Edisi ke 2.Yogyakarta : ANDI.
- M. Enoch Markum. (1985). Anak, Keluarga dan Masyarakat Cet. 2.Jakarta : Sinar Harapan
- Woodworth RS, Schlosberg H. (1968). Experimental Physiology. New York: Methuen and Co Ltd.