Peta Konsep (Consept Mapping): Pengertian, Ciri-Ciri, Tajuan Pembuatan dan Langkah - Langkah Pembuatannya
Tuesday, August 29, 2017
Wawasan Pendidikan; salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu proses pembelajaran di kelas adalah mengklasifikasikan materi materi yang di ajarkan agar pemaparannya lebih terarah dan kondusif. penggunaak peta konsep (Consept Mapping) adalah solusi untuk memudahkan guru dalam mengajar di kelas. nah, kali ini sobat pendidikan akan membahas secara tuntas tentang Peta Konsep mulai dari pengertian, Ciri-Ciri, Langkah-langkah dalam membuat peta konsep hingga tujuan pembuatan petakonsep itu sendiri. semoga bermanfaat
A. Pengertian Peta Konsep (Consept Mapping)
Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah pembelajaran peta konsep. Peta konsep merupakan salah satu pendukung pembelajaran kooperatif (Suprijono,2009).
Salah satu dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mampu mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa. Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (dalam Dahar 1988) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan Peta Konsep (Amri dan Iif, 2010).
Pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar untuk semester tertentu, concept map dapat digunakan sebagai cara untuk membangun struktur pengetahuan para guru dalam merencanakan bahan ajar. Desain bahan ajar berdasarkan concept map ini memiliki karakteristik yang khas. Pertama, ia hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama). Kedua, ia memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Ketiga, ia memiliki label yang menyembunyikan arti hubungan yang mengaitkan antara konsep-konsep. Keempat, desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar yang penting (Munthe, 2009).
Mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak mengembangkan teori pada tahun 1974. Dalam penelitiannya tersebut, ia menghasilkan concept map sebagai satu diagram yang berdimensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga menggambarkan hubungan antar konsep utama tersebut (Munthe, 2009).
B. Ciri-Ciri Peta Konsep (Consept Mapping)
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, ciri-ciri peta konsep sebagai berikut (Trianto, 2007) :
- Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proporsi-proporsi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
- Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi ,atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.
- Tidak semua peta konsep mepunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.
- Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan pemaparan ciri-ciri peta konsep di atas maka sebaiknya peta konsep dibuat secara hierarki yang artinya konsep yang lebih inklusif ditempatkan pada posisi paling atas, sehingga semakin ke bawah konsep-konsep yang tersaji semakin kurang inklusif.
C. Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep (Consept Mapping)
Dalam bidang sains, peta konsep dapat membuat informasi yang dianggap bersifat abstrak menjadi informasi yang bersifat konkret. Sehingga sangat bermanfaat untuk meningkatkan ingatan terhadap suatu konsep. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut (Arends ,1997 yang dikutip oleh Trianto, 2009):
- Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Contoh Ekosistem
- Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Contoh individu, populasi, dan komunitas.
- Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
- Kelompokkan ide-ide sekunder di keliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Langkah-langkah mutlak dalam membuat peta konsep adalah sebagai berikut (Munthe, 2009):
- Brainstorming atau curah gagasan
- Menentukan 8-12 konsep (topik) utama ( mayor)
- Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar
- Menghubungkan konsep-konsep dengan garis
- Memberikan label di atas garis panah
Dari langkah-langkah yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membuat suatu peta konsep langkah awalnya di mulai dari memilih suatu bahan bacaan , lalu menentukan konsep-konsep yang relevan kemudian menyusun konsep-konsep tersebut secara hierarki dari yang inklusif sampai yang kurang inklusif dalam satu bagan. Kemudian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dihubungkan dengan kata penghubung seperti “terdiri atas”, “contoh”, dan lain-lain.
D. Tujuan Pembuatan Peta Konsep (Consept Mapping)
Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, diantaranya :
- Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa, untuk memperlancar proses belajar, baik guru maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. Dengan kata lain guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa untuk pelajaran baru akan dimulai.
- Belajar bagai mana belajar, dengan meminta siswa menyusun peta konsep dari isi bab tersebut. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk memahami isi pelajaran itu. Sehingga peta konsep berfungsi untuk menolong siswa belajar bagaimana belajar.
- Mengungkapkan konsepsi salah, konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proporsi yang salah.
- Alat evaluasi, Selama ini alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa terutama bentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan dalam bidang pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang dihadapi dewasa ini. Salah satu bentuk evaluasi yang disarankan adalah peta konsep (Dahar, 1988).
Contoh Peta Konsep
Sumber:
- Suprinjo, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
- Dahar, R.W.1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
- Amri,S. dan Iif K.A. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
- Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
- Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher