Model Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together dan Langkah - Langkahnya
Saturday, August 19, 2017
Wawasan Pendidikan; kali ini soabat pendidikan akan berbagi artikel tentang salah satu tipe model pembelajaran koperatif. secara umum model koperatif memiliki ciri yang sama yaitu pada saat pembelajaran, maka siswa di bagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pembelajaran. nah, kali ini akan di bahas secara tuntas tentang Model Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together dan Langkah - Langkahnya. Semoga bermanfaat.
A. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperatif Learning )
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau sebagai satu tim. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa sebagai anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam kooperatif learning, belajar dikatakan belum selesai, jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011). (Baca Juga : Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Posing)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosio kultural dari pembelajaran vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk koopertif (Amri, 2010).
Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan denganhasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa yang ingin menonjol secara akademik. Robert Salvin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif (Amri, 2009).
Pembelajaran kooperatif didefenisikan sebagai falsafah mengenai tanggungjawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggunjawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk – bentuk assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya (Amri, 2009).
Pembelajaran kooperatif konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik yang menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Slavin,2005).
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membntu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar.
B. Unsur - Unsur Pembelajaran Koperatif
Unsur – unsur dalam cooperative learning menurut Lungdren (1994) sebagai berikut:
- Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
- Para siswa harus memiliki tanggunjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggunjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
- Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggunjawab di antara para anggota kelompok
- Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok
- Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. Setiap siswa akan diminta mempertanggunjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward (Suprinjo, 2009).
C. Pembelajaran Kooperatif tipe Learning Together (LT)
David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model learning together dari pembelajaran kooperatif. Metode yang mereka teliti meliputi siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang yang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2008) menekankan pada empat unsur yakni :
- Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang,
- Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok,
- Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya
- Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya. Metode ini membagi siswa dalam kelompok heterogen dengan 4 – 5 anggota. Setiap kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
D. Langkah - Langkah Pembelajaran Koperatif Tipe Learning Together
Adapun sintaks dari Learning Together (Slavin, 2011) adalah:
- Guru menyajikan pelajaran.
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
- Masing-masing kelompok menerima lembar tugas dan menyelesaikannya.
- Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
- Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Penelitian mengenai model ini telah menemukan bahwa bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, mereka meningkatkan pencapaian siswa lebih dari individualistik dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan, seperti pada masalah hubungan ras dan penerimaan teman sekelas yang memiliki masalah cacat akademik (Slavin, 2011).
Sumber:
Slavin, R.E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung : Nusa
Media
Amri,S.
dan Iif K.A. 2010. Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Isjoni.
2009. Cooperatif Learning. Bandung:
Alfabeta
Suprinjo, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar