Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia
Wednesday, February 15, 2017
Wawasan Pendidikan; kali ini sobat pendidikan akan berbagi artikel tentang Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia. semoga bermanfaat.
Manusia merupakan makhluk yang misterius, yang mampu menjelajah angkasa luar, tetapi “angkasa dalamnya masih belum cukup terungkap; minimal para pakar dari ilmu-ilmu perilaku cenderung berbeda pendapat tentang berbagai hal mengenai perilaku manusia itu. Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berpangkal pada perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu.Terdapat perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh (dominan) dalam perkembangan kepribadian.Teori-teori dari Strategis Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis (konstitusional) dari Kretsch merdan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas, sedang teori-teori dari Strategi Behavioral dan Strategi Phenomenologis menekankan faktor belajar. Kedua strategi yang terakhir ini, meskipun keduanya menekankan faktor belajar, tetapi mengemukakan pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan tentang hakikat manusia. Strategi behavioral memandang manusia terutama sebagai makhluk pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya,sedang strategi phenomenologis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri.
Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia,mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia. Seperti dalam kajian selanjutnya, bahwa aliran konvergensi mencoba mengemukakan pandangan menyeluruh, dan karena itu, diterima luas oleh banyak pihak.
A. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari locken Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut emvironmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Aliran emperisme mengatakan bahwa pembawaan itu tidak ada, yang dimiliki anak adalah akibat pendidikan baik sifat yang baik maupun sifat yang jelek. Jadi perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungan atau dengan pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, sehingga manusia dapat menjadi apa saja atau menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang di peroleh dari lingkungan.Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan,menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karna berbakat,meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampat pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku.
B . Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tokoh aliran nativisme adalah Schopen hauer seorang filsuf jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir. Factor lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.
Kaum nativisme mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percuma kita mendidik karena yang jahat tidak akan menjadi baik. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Meskipun sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi yang mendorong manusia untuk mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
C. Aliran Naturalisme
Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir didunia mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan, sehingga Naturalisme sering disebut negativisme. Naturalisme memiliki prinsip tentang proses pembelajaran. (M arifin dan Amiruddin R, 1992 ;9) bahwa peserta didik belajar melalui pengalaman sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam diri secara alami.
Pendidikan hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian peserta didik kearah pendangan yang positif dan tanggapan terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.Tanggung jawab belajar tergantung pada diri peserta didik sendiri. Program pendidikan disekolah harus sesuai dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar peserta didik.
Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan-kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat (artificial) dan dapat membawa anak kembali kealam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak terbukti malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.
D. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan didunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
Willian Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesatu titik pertemuan sebagai berikut:
a. Pembawaan
b. Lingkungan
c. Hasil pendidikan/perkembangan.
Jadi menurut teori konvergensi:
- Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
- Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
- Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa ketika lahir dengan lingkungan.
Pengaruh Aliran Klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar dinegeri Belanda pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia, gagasan-gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar diberbagai negara di Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain.
Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia. Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja.
1) Pengajaran alam sekitar.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger (1808-1888) di Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam sekitar, dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan Het Volle-leven (kehidupan senyatanya). Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar, anak akan lebih menghargai,mencintai, dan melestarikan lingkungannya.
2) Pengajaran pusat perhatian
Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly, yaitu:
• Metode Global (keseluruhan)
• Centre d’interet (pusat-pusat minat)
Anak mempunyai minat-minat sponstan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi:
- Dorongan mempertahankan diri
- Dorongan mencari makan dan minum
- Dorongan memelihara diri
- Dorongan sibuk bermain-main
- Dorongan meniru orang lain.
3) Sekolah kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni:
- Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
- Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
Oleh karena demikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar:
- Sekolah perindustrian
- Sekolah perdagangan
- Sekolah rumah tangg, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik.
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajar proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya dalam masyarakat yang maju.
5) Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia.
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar disekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Akhirnya perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-pemikiran pedidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk beluk pendidikan, serta memupuk wawasan historis dari setiap tenaga kependidikan.
Sumber:
Umar Tirtarahardja & L. La Sulo. (2015). Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
Abdul Kadir. 2012. Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Kencana
Abdul Kadir. 2012. Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Kencana