Makalah Teori Dalam Penelitian
Thursday, October 1, 2015
wawasanpendidikan.com; Teori adalah pendukung dalam sebuah Penelitian. namun, tidak sedikit penelitian yang akhirnya menemukan Teori Baru. Teori Dalam Penelitian memeliki peranan yang sangat penting. oleh karena itu, sobat pendidikan akan membahas secara tuntas dalam Makalah Teori Dalam Penelitian. Untuk lebih jelasnya silahkan membaca makalah dibawah ini.
Teori Dalam Penelitian |
PENDAHULUAN
Upaya-upaya manusia untuk mampu memahami,
menjelaskan, memprediksi berbagai kejadian dalam kehidupan telah melahirkan berbagai
macam teori, dan apabila telah diorganisasikan sedemikian rupa serta terbingkai
dalam suatu obyek formal dan obyek material tertentu terwujudlah suatu Ilmu. Sementara
itu, Ilmu lebih jauh dapat membantu untuk mengkaji guna memahami gejala-gejala
baru yang dihadapi manusia sehingga lahirlah teori-teori. Oleh karena itu,
apabila suatu ilmu telah menjadi disiplin tersendiri, akan muncul teori baru
baik sebagai penambahan maupun sebagai koreksi atas teori lama.
DEFINISI
TEORI
Kerlinger
mendefinisikan teori sebagai seperangkat konstruk (konsep), definisi dan
proporsi yang memberikan pandangan sistematik mengenai gejala-gejala dengan
jalan menspesifikasikan hubungan-hubungan yang ada antara variable-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Teory is a set of interrelated
constructs (variables), definitions, and propositions that presents a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the
purpose of explanaining natural and
phenomena (Kerlinger).
Pengertian ini mengindikasikan
bahwa penjelasan (explanation) dan peramalan (prediction)
merupakan dua hal yang dapat diperankan oleh teori melalui konsep-konsep serta
pandangan sistematis terhadap berbagai fenomena yang dilihat dari sudut relasinya
dengan gejala-gejala lain. Penjelasan dan ramalan itu dapat dilakukan terhadap
hubungan antar gejala atau kegiatan yang melampaui waktu tertentu (over time
prediction); pada berbagai lokasi fisik yang berbeda, atau terhadap suatu
kelompok kesatuan sosial (penduduk). Berdasarkan kegunaannya ini, teori dapat
menjadi sumber hipotesis. Teori mengidentifikasikan daerah-daerah kritis yang
perlu diteliti lebih jauh. Teori menjembatani jurang-jurang dalam pengetahuan
kita yang memungkinkan peneliti untuk membuat dalil-dalil tentang adanya gejala
yang belum diketahui sebelumnya.
Kedudukan
sebuah teori tidak dapat dilepaskan dari fakta sebab isi teori adalah fakta-fakta yang saling berhubungan. Fakta
dan teori bersifat saling mendorong. Teori memberi arah dalam proses ilmiah, sebaliknya
fakta memegang peranan dalam mengembangkan teori. Pertumbuhan ilmu
pengetahuan nampak dalam fakta-fakta baru dan teori baru. Fakta-fakta yang baru
dan menyimpang akan menciptakan teori baru; dan teori yang ada mungkin menjadi
tidak berguna lagi atau harus dirumuskan kembali. Melakukan suatu riset tanpa
interpretasi teoritis atau membuat teori tanpa riset adalah melupakan pokok
teori sebagai alat untuk mencapai suatu pemikiran yang ekonomis. Untuk
menemukan sebuah teori yang terbukti kebenarannya, mula-mula dibuat teori
sementara yang dipergunakannya sebagai pedoman atau petunjuk untuk memecahkan
masalah.
ELEMEN-ELEMEN
TEORI
Di dalam sebuah teori
terdapat beberapa elemen yang mengikutinya. Elemen ini berfungsi untuk mempersatukan
variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Elemen pertama yaitu konsep. Konsep pada dasarnya merupakan
suatu gambaran mental atau persepsi yang menggambarkan atau menunjukan suatu
fenomena. Konsep juga sering
diartikan sebagai abstraksi dari suatu fakta yang menjadi perhatian Ilmu, baik
berupa keadaan, kejadian, individu ataupun kelompok. Umumnya konsep tidak
mungkin/sangat sulit untuk diobservasi secara langsung, oleh karena itu untuk
keperluan penelitian perlu adanya penjabaran-penjabaran ke tingkatan yang lebih
kongkrit agar observasi dan pengukuran dapat dilakukan. Konsep dengan tingkat abstraksi yang lebih
rendah disebut variable.
Variabel, secara etimologis, berasal dari kata Vary yang berarti
berubah-ubah atau bervariasi baik dalam substansinya maupun dalam jenis dan
keluasannya. Variable dapat diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya yang
terdiri dari variable bebas (independent variable) dan variable terikat
(dependent variable). Disebut variable bebas karena variable ini dipandang
mempengaruhi variable terikat atau berhubungan dengan variable terikat.
Variabel terikat adalah fenomena yang menjadi obyek studi dan investigasi.
Variabel bebas mendahului variable terikat. Oleh karena itu, variable bebas
disebut juga variable yang mendahului (antecedent variable), variable penyebab
(causal variable) atau variable luar (exogenous variable). Variabel terikat disebut
juga variable yang dipengaruhi (effectual variable), variable akibat (consequent
variable) atau variable dalam (endogen variable).
Dalam suatu teori,
konsep-konsep yang tersusun dengan
variable-variabel tertentu sering dinyatakan dalam suatu
relasi atau hubungan yang tersusun secara logis. Pernyataan
yang menggambarkan hubungan antar konsep ini disebut proposisi,
dengan demikian konsep merupakan himpunan yang membentuk proposisi, sedangkan
proposisi merupakan himpunan yang membentuk teori.
Elemen
kedua pembentuk teori adalah proposisi.
Proposisi ialah suatu pernyataan mengenai hubungan antara dua atau lebih
konsep. Konsep-konsep yang berhubungan itu membentuk relasi, baik relasi
positif maupun relasi negatif. Proposisi dapat dilukiskan sebagai berikut:
makin besar A, makin kecil B. Pertambahan pada A berhubungan dengan pengurangan
pada B. perubahan positif pada A menghasilkan perubahan negatif pada B. Pada
proposisi-proposisi ini, A dan B disebut konsep.
Elemen
ketiga adalah relationship. Teori
merupakan sebuah relasi dari konsep-konsep atau secara lebih jelasnya teori
merupakan bagaimana konsep-konsep berhubungan. Hubungan ini seperti pernyataan
sebab-akibat (causal statement) atau proposisi. Saling hubungan itu
menghasilkan deduksi. Deduksi ialah proses dalam mana proposisi-proposisi atau
premis-premis yang telah diketahui menghasilkan proposisi-proposisi atau
kesimpulan yang tidak diketahui sebelumnya.
Dari
uraian di atas tampak jelas bahwa konsep, variable, proposisi dan hubungan (relationship)
antar proposisi merupakan elemen-elemen pembentuk teori. Ketiga elemen ini
tidak dapat dilepaskan dari kehadiran fakta atau gejala sebagai fundasi awal
terbentuknya sebuah teori. Elemen-elemen pembentuk teori ini, dapat
dideskripsikan melalui bagan berikut:
Elemen-Elemen Pembentuk Teori |
Gambar di atas menunjukan hubungan antara teori, konsep,
variabel, dan fakta-fakta atau gejala-gejala sekaligus juga menggambarkan
bagaimana suatu penelitian berproses dalam suatu urutan Method of Thinking. Bagan struktur teori di atas juga menunjukkan
tingkatan abstraksi. Dalam tataran fakta,
belum ada abstraksi. Abstraksi baru muncul pada tataran konsep yang
kemudian berlanjut pada proposisi dan teori. Abstraksi pada tingkat teori jauh
lebih tinggi dan bersifat universal dibandingkan pada tingkat konsep dan
proposisi. Teori dengan tingkat abstraksi dan sifat universal kemudian
berfungsi sebagai instrumen yang dapat menjelaskan, memprediksi dan mengontrol
fakta-fakta lain yang melampaui waktu dan tempat tertentu.
KRITERIA
TEORI YANG BAIK
Kualitas
suatu teori sangat bergantung pada sejauh mana teori itu memenuhi kriteria-kriteria
berikut:
- Teori ilmiah harus didasarkan pada fakta-fakta dan hubungan-hubungan empiris. Namun, semata-mata akumulasi data empiris tidak akan membentuk teori maupun ilmu pengetahuan sampai data tersebut dapat diorganisasikan ke dalam prinsip-prinsip umum yang memungkinkan interpretasi fenomena tertentu atas dasar beroperasinya faktor-faktor yang lebih fundamental yang mendasarinya.
- Suatu sistem teori harus memungkinkan pembuatan deduksi yang dapat diuji secara empirik; artinya teori tersebut harus memberikan alat bagi interpretasi dan verifikasinya sendiri. Prosedur ini dapat berlangsung secara tidak terbatas sampai beberapa hipotesisnya mungkin terbukti tidak bisa dipertahankan. Hal ini mungkin menjadi bukti tidak langsung bahwa kekurangsesuaian teori tersebut yang dapat mengarah kepada penolakannya atau penggantinya dengan teori yang lebih sesuai.
- Suatu teori harus sesuai baik dengan hasil pengamatan maupun dengan teori yang sudah divalidasi sebelumnya. Suatu teori harus didasarkan pada data empiris yang sudah diverifikasikan dan harus didasarkan pada dalil-dalil dan hipotesis-hipotesis yang jelas. Makin baik suatu teori, makin tepat teori tersebut dapat menjelaskan gejala yang dipelajari, dan makin banyak fakta yang dapat dimasukkan ke dalam suatu struktur yang memiliki generalitas lebih tinggi.
- Suatu teori harus dinyatakan dalam istilah-istilah sederhana. Teori yang baik adalah teori yang dapat menjelaskan banyak hal secara sederhana. Prinsip ini disebut parsimony. Suatu teori harus menjelaskan data secara lebih sesuai namun demikian tidak boleh terlalu luas dan berlebihan. Sebaliknya, suatu teori tidak boleh mengabaikan suatu variable semata-mata karena variable tersebut sulit dijelaskan.
POSISI
TEORI DALAM PENELITIAN
Sebelum
menentukan posisi teori dalam suatu penelitian, kita perlu mengetahui hakikat penelitian
itu sendiri. Hakikat penelitian adalah mencari kebenaran atau pengetahuan.
Namun, penelitian tidak dapat direduksi hanya sebatas pada usaha mencari
pengetahuan atau kebenaran saja. Penelitian harus dilakukan secara sistematis
dan terorganisasi. Donna M. Mertens mendeskripsikan penelitian sebagai berikut:
Research is one of many different
ways of knowing or understanding. It is different from other ways of knowing,
such as insight, divine inspiration, and acceptance of authoritative dictates,
in that it is a process of systematic inquiry that is designed to collect,
analyze, interpret, and use data. Research is conducted for a variety of
reasons, including to understand, describe, predict or control an educational
or psychological phenomenon or empower individuals in such contexts.
Penelitian
dilihat sebagai suatu jalan untuk mencapai pengetahuan. Meskipun demikian
penelitian berbeda dengan insting, wahyu atau ajaran-ajaran dogmatis.
Penelitian merupakan suatu proses sistematis yang didesaign untuk mengoleksi,
menganalisis, dan menginterpretasi data-data empiris. Penelitian dilakukan
untuk berbagai alasan seperti untuk memahami, menggambarkan, meramalkan atau
mengontrol berbagai fakta atau fenomen.
Definisi penelitian ini berpengaruh terhadap
kerangka kerja teoritis para peneliti dan membedakan penelitian dari berbagai
usaha mencari pengetahuan lainnya. Perbedaan antara penelitian dan cara lain yang bukan
penelitian didasarkan pada tiga hal berikut: Pertama, kegiatan tersebut
dilakukan dalam satu kerangka filosofis tertentu; Kedua, kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa
prosedur, metode dan teknik yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya; Ketiga, kegiatan tersebut dirancang agar
tidak bias dan bersifat objektif .
Posisi teori dalam penelitian sangat bergantung pada jenis
penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian
yang sifatnya uji hipotesis, mau tidak mau kita harus menelaah teori-teori yang
akan digunakan. Hal ini dilakukan, karena suatu hipotesis, dugaan, asumsi,
dibangun berdasarkan teori yang dihasilkan dari suatu bacaan. Teori adalah alat
terpenting suatu ilmu pengetahuan. Artinya, tanpa teori berarti hanya ada
serangkaian fakta atau data saja, dan tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu:
[1] menyimpulkan generalisasi fakta-fakta, [2] memberi kerangka orientasi untuk
analisis dan klasifikasi fakta-fakta, [3] meramalkan gejala-gejala baru,
mengisi kekosongan pengetahuan tentang gejala-gejala yang telah ada atau sedang
terjadi.
Penelitian adalah salah satu pendekatan ilmiah untuk
memperoleh kebenaran. Dengan model pendekatan ilmiah tersebut orang berusaha
untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan
ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu.
Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah yakni penelitian yang sistematik
dan terkontrol berdasarkan data empiris. Teori itu dapat diuji dalam hal
keajegan dan kemantapan internal. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan
orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan
diperoleh hasil yang ajeg (consistent),
yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah
penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolakan dan, sampai batas
tertentu, diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang
serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh
keyakinan pribadi, bias, dan
perasaan. Cara penyimpulannya bukan subyektif, melainkan obyektif.
Jadi, dalam
suatu penelitian, teori menempati posisi paling dasar dan bisa juga menempati
posisi paling akhir. Pada posisi paling dasar, teori berperan sebagai landasan
yang menentukan kerangka berpikir, menspesifikasikan persoalan, menghubungkan
kepingan fakta menjadi sesuatu yang saling berhubungan dan bermakna, dan dasar
membangun hipotesis. Teori menuntun peneliti dalam melakukan penelitian.
Sementara itu, pada posisi paling akhir, teori bisa menjadi hasil dari suatu
penelitian. Hasil dari suatu penelitian
dapat menjadi teori apabila bersifat universal dan dapat dipakai untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala-gejala yang melampaui waktu dan tempat
tertentu.
POSISI
TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Posisi
teori dalam penelitian kuantitatif merupakan faktor
yang perlu mendapat
perhatian lebih dalam proses penelitian
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena teori digunakan untuk menuntun peneliti
menemukan masalah, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan
metodologi dan menemukan instrumen analisis data. Selain itu, teori juga
digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel.
Posisi teori dalam penelitian kuantitatif dapat dilihat
dengan jelas dalam struktur atau logika penelitian kuantitatif. Logika penelitian itu memiliki struktur
kurang lebih sebagai berikut :
Struktur Logika Penelitian |
Struktur
logika penelitian kuantitatif berpola siklus mulai dari teori, hipotesa, observasi, analisis data, temuan-temuan, kemudian berakhir kembali pada teori. Posisi
masalah/problem yang dirumuskan oleh peneliti dalam hal ini dapat dikatakan
“mendahului “ posisi teori. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah, bahwa
masalah penelitian tidak akan pernah nampak/kelihatan tanpa dilihat melalui
teori. Artinya, masalah penelitian hanya ada kalau orang memiliki bekal teori
untuk melihatnya. Menghubungkan gejala atau fakta dengan pikiran-pikiran
tertentu ( teori-teori ) di pihak lain dapat menghasilkan apa yang kita sebut
sebagai masalah penelitian.
Masalah
penelitian ini nanti harus dapat dijawab/dipecahkan dengan atau lewat penelitian
bersangkutan. Peneliti sangat mungkin tertarik untuk menjawab secara tentatif (
menduga-duga ) atas masalah tadi. Kalau demikian halnya orang harus
mendeduksikan teori-teori tertentu, memberlakukan pernyataan asumtif yang
tadinya dianggap umum atau luas sifat kebenarannya ke dalam gejala atau
beberapa gejala yang saling dikaitkan secara khusus/sempit. Jawaban yang
bersifat dugaan ( yang masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data
empiris/lapangan ) itulah hipotesa. Hipotesa
umumnya terdiri dari dua atau lebih variabel yang dikaitkan satu dengan yang
lain.
Posisi
teori dalam penelitian kuantitatif ini menentukan jenis penalaran yang dipakai.
Dengan melihat posisi teori sebagai landasan kita dapat mengatakan bahwa
penelitian kuantitatif menggunakan jenis penalaran deduktif. Penalaran deduktif
merupakan jenis penalaran yang bergerak dari pemikiran umum kepada hal-hal yang
lebih khusus.
Berbeda dengan teori pada
penelitian kuantitatif yang menjadi dasar penelitian untuk diuji, pada
penelitian kualitatif, teori berfungsi sebagai inspirasi dan
perbandingan. Penelitian
kualitatif berangkat dari lapangan dan akhirnya (bisa) menghasilkan teori. Di
sinilah uniknya penelitian kualitatif. Peneliti tidak dibebani oleh teori.
Bahkan, pada metode grounded theory
approach, peneliti langsung terjun ke lapangan sambil merancang
penelitiannya. Dari sana baru didesain penelitian, sambil mengumpulkan
informasi dan hasil pengamatan untuk menghasilkan suatu teori baru atas
fenomena di lapangan. Meskipun
demikian, peneliti juga harus punya wawasan untuk dapat
menginterpretasi dan menganalisis fenomena di lapangan. Salah satunya adalah
mengetahui teori yang relevan. Desain
penelitian kualitatif juga bisa bersumber dari
pendapat-pendapat, komentar-komentar, kutipan-kutipan pembicaraan, ulasan
artikel, jurnal, hasil penelitian yang relevan, bahkan ‘curhat’ yang ada di
blog sekalipun jika memang relevan.
Dalam
penelitian kualitatif, teori bukan satu-satunya kacamata
yang bisa digunakan untuk ‘melihat’. Ada banyak kacamata lain. Karena itu,
mengumpulkan segala macam informasi yang relevan serta dari segala macam sumber
adalah penting. Karena seperti diulaskan tadi, selain menjadi inspirasi, segala
informasi dan rujukan tersebut juga dapat menjadi bahan perbandingan bagi pembahasan hasil
penelitian.
Teori
diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk tujuan yang
berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti
kuantitatif tentu membutuhkan landasan teoritis tentang variable-variabel ini
untuk membantunya merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori
inilah yang menjelaskan bagaimana dan mengapa variable-variabel itu berhubungan
satu sama lain, berfungsi sebagai jembatan antar variable.
Ruang
lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti menyatakan teori
mereka dalam beberapa bentuk hipotesis, pertanyaan logika “jika-maka” atau
dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara deduktif
(kuantitatif), peneliti menempatkannya diawal penelitian dalam tinjauan
pustaka. Mereka juga dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah
atau hipotesis penelitian, atau menempatkannya dalam bagain terpisah. Tentu
saja apabila diletakkan ditempat yang terpisah, peneliti perlu membuat tulisan
agak panjang mengenai teori tersebut.
Sebagaimana
dalam penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif juga dapat menerapkan
teori sebagai penjelasan umum, misalnya dalam etnografi. Teori juga bisa
diterapkan sebagai perspektif teoritis untuk membantu peneliti memunculkan
pertanyaan-pertanyaan tentang gender, kelas, ras, dan sebagainya. Teori juga
dapat diterapkan sebagai point ahir penelitian, pola, atau generalisasi yang
secara induktif berawal dari pengumpulan dan analisis data. Para peneliti
kualitatif yang menerapkan grounded
theory, misalnya berusaha menghasilkan teori yang didasarkan pada
pandangan-pandangan para partisipan, lalu memosisikannya sebagai kesimpulan
diahir penelitian. Meski demikian ada juga penelitian kualitatif yang tidak
menyertakan teori yang eksplisit, hanya menyajikan penelitian yang deskriptif
tentang fenomena utama, seperti penelitian fenomenologi.
PERANAN
TEORI DALAM PROSES PENELITIAN
Peranan
teori dalam suatu penelitian sangat bergantung pada jenis penelitian yang
dilakukan. Pembahasan tentang peranan teori dalam makalah ini lebih berkaitan
dengan dua jenis pendekatan penelitian dalam proses pengumpulan data yaitu,
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif bergerak dari
teori menuju ke pengumpulan data. Dalam
hal ini, teori berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, membantu
menyusun kerangka pemikiran, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan
sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu,
landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif perlu mendapat perhatian
yang serius.
Berbeda dengan penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif bergerak dari pengumpulan data kepada
perumusan teori. Teori dalam jenis penelitian ini tidak memegang peranan yang
substansial. Teori digunakan untuk menambah wawasan peneliti berkaitan dengan
data-data yang dikumpulkan, menjelaskan data dan sebagai bahan perbandingan. Peneliti
kualitatif akan lebih profesional dalam menguasai teori sehingga wawasannya akan
menjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrument yang lebih baik. Teori bagi
peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks
secara lebih luas dan mendalam.
DESKRIPSI
TEORI
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa
jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya
permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu
dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok
teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu
dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan
semakin banyak teori yang dikemukak
Deskripsi teori paling tidak berisi
tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian,
dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang
lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono,2009:89)
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
- Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
- Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
- Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
- Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
KESIMPULAN
Penelitian sebagai usaha mencari kebenaran atau pengetahuan
yang sifatnya ilmiah perlu menempatkan teori pada posisi yang tepat. Penempatan
teori ini sangat bergantung pada jenis penelitian yang akan dilakukan. Secara
garis besar, dalam penelitian kuantitatif teori dipakai sebagai landasan awal
untuk merumuskan masalah, menentukan kerangka berpikir dan merumuskan hipotesis.
Sementara itu, dalam penelitian kualitatif teori menduduki posisi akhir sebagai
hasil dari proses penelitian sebagaimana terjadi dalam grounded research. Atas dasar ini kita dapat mengatakann bahwa
peranan teori dalam penelitian sangat bergantung pada jenis penelitian itu
sendiri dan jenis penelitian sangat bergantung pada obyek yang ingin dikaji
peneliti.
demikianlah pemaparan Makalah Teori Dalam Penelitian. semoga bermanfaat.
Referensi:
- Donna M. Mertens, 2010. Research and Evaluation in Education and Psychology. Washington: Sage.
- Izaak Latunussa, 1988. Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- John W. Creswell, 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed approaches -2nd ed. Washington: Sage.
- Kenneth S. Bordens and Bruce B. Abbott, 2008. Research Design and Methods—7th ed. Singapore: Mc Graw Hill.
- Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
- Wayan Ardhana, 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.