Metode Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Wednesday, September 30, 2015
wawasanpendidikan.com. pada postingan sebelumnya telah dibahas tentang Pengertian Prestasi Belajar Menurut Ahli. kali ini sobat pendidikan akan melanjutkan untuk membahas tentang Metode Penilaian Prestasi Belajar Siswa. semoga bermanfaat.
Guru Mengamati SIswa yang Sedang Melakukan Percobaan |
Metode Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Dalam penilaian prestasi belajar terdapat dua metode yang dapat dipergunakan, yaitu Metode Tes dan Metode Observasi.
1) Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. (Wayan Nurkancana dan Sunartana, 1983)
Istilah Tes juga diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Tes (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test), adalah merupakan alat prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan.
Sehubungan dengan hal-hal yang harus diingat pada waktu Penyusunan Tes, maka Fungsi Tes dapat ditinjau dari tiga hal, yaitu:
a) Fungsi untuk kelas, yaitu:
(1) Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
(2) Mengevaluasi celah antara bakat dan pencapaian.
(3) Menaikkan tingkat prestasi.
(4) Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok.
(5) Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perseorangan.
(6) Menentukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus.
(7) Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak.
b) Fungsi untuk bimbingan, yaitu:
(1) Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak-anak mereka.
(2) Membantu siswa dalam menentukan pilihan.
(3) Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan.
(4) Memberi kesempatan kepada pemimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak.
c) Fungsi untuk administrasi, yaitu:
(1) Memberi petunjuk dalam pengelompokkan siswa.
(2) Penempatan siswa baru.
(3) Membantu siswa memilih kelompok.
(4) Menilai kurikulum.
(5) Memperluas hubungan masyarakat (public relation).
(6) Menyediakan informasi untuk badan-badan lain di luar sekolah.
Sebuah Tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi Persyaratan Tes, yaitu harus memiliki:
a) Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebagai contoh untuk mengukur besarnya partisipasi dalam proses belajar mengajar, bukan hanya diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan saja, melainkan harus dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya
perhatian pada pelajaran, dan ketepatan menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
b) Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel (dapat dipercaya/ajeg) jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c) Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhinya. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.
d) Praktikabilitas (Practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
- Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
- Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
- Dilengapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.
e) Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Bentuk-Bentuk Tes dibedakan menjadi dua bentuk, penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut sebagai berikut:
a) Tes Subjektif
Yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukkan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu 90 s.d. 120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
(1) Kebaikan-Kebaikan Tes Subjektif:
- Mudah disiapkan dan disusun.
- Tidak memberi kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
- Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyususun dalam bentuk kalimat yang bagus.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
- Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
(2) Keburukan-Keburukan Tes Subjektif:
- Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah diketahui.
- Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena hanya beberapa saja (terbatas).
- Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsurunsur subjektif.
- Pemeriksaanya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
- Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
(3) Petunjuk Penyusunan:
- Hendaknya soal-soal tes meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
- Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
- Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah lengkap dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
- Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, dan lain-lain agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
- Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tercoba.
- Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi harus spesifik.
b) Tes Objektif
Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banya daripada tes esai. Kadangkadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.
(1) Kebaikan-Kebaikan Tes Objektif
- Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya representatif mewakili isi dan luasnya bahan ajar, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsurunsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
- Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
- Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.
- Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
(2) Kelemahan-Kelemahan Tes Objektif
- Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
- Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukut proses mental yang tinggi.
- Banyak kesempatan main untung-untungan.
- kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
(3) Cara Mengatasi Kelemahan
- Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betulbetul mahir.
- Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
- Menggunakan norma (standar) penlaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif.
(4) Macam-Macam Tes Objektif
(a) Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan itu salah.
(b) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benarm yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
(c) Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
(d) Tes Isian (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid. (Suharsimi Arikunto, 2007)
2) Obsevasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi, kegiatan pencatatn dalam hal ini adalah merupakan bagian daripada kegiatan pengamatan. Berdasarkan atas rencana kerja petugas observasi, maka observasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a) Observasi Berstruktur,
dimana segala kegiatan petugas observasi telah ditetapkan berdasarkan kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur katagorisnya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan tegas. Karena itu pencatatan yang dilakukan bersifat selektif. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam observasi itulah yang dicatat. Sedangkan faktor-faktor lain tidak usah dicatat.
b) Observasi Tidak Berstruktur,
dimana segala kegiatan petugas observasi tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan petugas observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri. (Wayan Nurkancana dan Sunartana, 1983)
demikianlah pembahasan tentang Metode Penilaian Prestasi Belajar Siswa. semoga bermanfaat.
Sumber:
- Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Belajar (EDISI REVISI).Jakarta: Bumi Aksara.
- Wayan Nurkancana dan Sunartana. (1983) Evaluasi Pendidikan, Cet III. Surabaya:Usana Offset Printing