Contoh Laporan Praktikum Protein Tentang : Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein
Thursday, August 13, 2015
wawasanpendidikan.com; kali ini sobat pendidikan akan berbagi Contoh Laporan Praktikum protein. Contoh Laporan ini menghususkan pembahasan tentang "Uji Kualitatif Indetifikasi, Uji Kelarutan dan Penentuan Titik Isoelektrik Protein".
Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam
amino berinti benzena. Seperti fenilanalina, tirosin, albumin, riptofan dan
lain sebagainya. Pada praktikum di atas, hasil positif pada zat uji albumin dan
triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti benzena, yaitu dengan indikasi
terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga.
BAB I
PENDAHULUAN
Protein (protos yang berarti ”paling
utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer
kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di
dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu,
ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber
nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya,
karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai
nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang
protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Oleh karena itu, kegiatan
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu
protein, membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan
adanya asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap
suatu pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein
secara kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buiret adalah
senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul
urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua
buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau
dipeptida.
Semua asam amino, atau peptida yang
mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa
kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan
senyawa berwarna kuning.
Protein mengandung
asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap
dengan endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi
dan warnanya akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan
pada uji nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi
senyawa intro yang berwarna kuning
Protein bersifat amfoter,
yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda
di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut.
Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka
protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein.
Kelarutan protein di dalam
suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein seperti asam amino
bebas memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI)
adalah daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau
jumlah muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika
diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat
mudah diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.
BAB III
METODOLOGI
Metode yang
digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah menggunakan alat-alat,
bahan-bahan, dan prosedur-prosedur sebagai berikut :
A. Alat
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Penjepit tabung reaksi
- Penangas air
- Alat permanas
- Pengatur waktu
- Pipet ukur
B. Bahan
- Albumin 2 %
- Gelatin 2 %
- Kasein 0,5 %
- Pepton 0,5 %
- Glisin 2 %
- Pereaksi Ninhidrin 0.1 %
- Triptofan 2 %
- Larutan HNO3 Pekat
- Larutan NaOH 10 %
- Larutan CuSO4 0.2 %
- Fenilanalina 2 %
- Larutan Kasein Netral
- Buffer asetat pH : 3,8; 4,7; 5,0; 5,3; 5,9
- Akuadestilata
- Larutan HCl 10 %
- Larutan NaOH 40 %
- Alkohol 96 %
- Kloroform
C. Prosedur
1. Uji Biuret
- Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL
- Tambahkan pada setiap tabung 1 mL NaOH 10 % dan CuSO4 0.2 % sebanya 3 tetes
- Campur dengan baik.
- Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.
2. Uji Ninhidrin
- Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL
- Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin
- Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
- Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
3. Uji Xantoprotein
- Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.
- Tambahkan pada setiap tabung 1 mL HNO3 pekat. Perhatikan adanya endpan putih yang terbentuk
- Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi berwarna kuning.
- Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
- Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan NaOH tebentuk warna jingga.
4. Uji Kelarutan Protein
- Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Lalu masing-masing diisi dengan akudestilata, HCl 10 %, NaOH 40 %, alkohol 96 %, dan kloroform sebanyak 1 mL
- Tambahkan pada setiap tabung 2 mL albumin telur
- Kocoklah dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya.
- Ulangi percobaan menggunakan gelatin
5. Uji Penentuan Titik Isoelektrik Protein
- Sediakan 5 tabung reaksi yang berisih dan kering, lalau masing-masing diisi sengan larutan kasein netral sebanyak 1 mL.
- Tambahkan pada setiap tabung 1 mL buffer asetat masing-masing dari pH 3.8; 4.7; 5.0; 5.3; dan 5.9
- Kocoklah campuran dengan baik, lalau catat derajat kekeruahnya setelah 0, 10, dan 30 menit.
- Perhatikan hasilnya, yaitu pada tabung beberapa bentuk endapan maksimal
- Selanjutnya panaskan semua tabung di dalam penangas air.
- Amati hasilnya. Pembentukan endapan kekeruhan, palng cepat atau paling banyak merupakan titik isoelektriknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji
Biuret
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Biuret
|
Polipetida (+/-)
|
1
|
Albumin 2 %
|
Berwarna Ungu
|
+
|
2
|
Gelatin 2%
|
Berwarna Violet
|
+
|
3
|
Kasein 0.5%
|
Berwarna Ungu
|
+
|
4
|
Glisin 2%
|
Berwarna Biru
|
-
|
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein.
Polipeptida mempunyai residu asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000.
Sedangkan, pada protein residu asam amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥
6.000. Pada praktikum ini, zat uji Glisin menunjukkan hasil negatif dengan
indikasi terbentuknya warna biru adalah karena tidak adanya ikatan peptida. Glisin
adalah salah satu asam amino esenial dengan rumus bangun NH2—CH2CO2H.
Sedangkan pada Albumin, Gelatin dan
Kasein rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih asam amino
esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.
Berikut
gambaran proses pembantukan ikatan peptida :
Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk
apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang bereaksi.
B.
Uji Ninhidrin
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Ninhidrin
|
Asam amino bebas (+/-)
|
1
|
Albumin 2 %
|
Berwarna Ungu
|
+
|
2
|
Gelatin 2%
|
Berwarna Ungu
|
+
|
3
|
Kasein 0.5%
|
Bening
|
-
|
4
|
Pepton 2%
|
Berwarna Merah Muda
|
-
|
5
|
Fenilanalina
|
Berwarna Ungu
|
+
|
Asam amino bebas adalah asam
amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada praktikum di atas, albumin,
gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena dapat bereaksi dengan
Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam
amino bebas.
Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh
indikasi terbentuk atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin
tidak berwarna sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada
zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari
bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara
kuantitatif.
C.
Uji Xantoprotein
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Xantoprotein
|
Asam amino berinti benzena (+/-)
|
1
|
Albumin 2 %
|
Lapisan Jingga
|
+
|
2
|
Gelatin 2%
|
Bening
|
-
|
3
|
Kasein 0.5%
|
Lapisan Merah
|
-
|
4
|
Triptofan 2%
|
Lapisan Kuning Jingga
|
+
|
Sedangkan, pada kasein dan
gelatin menghasilkan lapisan merah dan bening mengindikasikan negatif. Berikut
contoh struktur bangun protein yang berinti benzena :
D.
Uji Kelarutan Protein
No.
|
Zat Uji
|
Akuadestilata
|
HCl 10 %
|
NaOH 40 %
|
Alkohol 96 %
|
Kloroform
|
1
|
Albumin
|
Larut
|
Larut
|
Tidak Larut
|
Larut
|
Tidak Larut
|
2
|
Gelatin
|
Larut
|
Larut
|
Tidak Larut
|
Larut
|
Tidak Larut
|
Protein
mempunyai kemampuan untuk larut pada beberapa zat pelarut, karena pada dasarnya
ia bersifat amfoter. Pada praktikum di atas, protein (albumin dan gelatin)
tidak larut hanya pada NaOH 40 % dan kloroform. Karena, keduanya adalah pelarut
lemak
E. UJI Penentuan Titik Isoelektrik Protein
No. Tabung
|
pH
|
Pengamatan Endapan, sedikit atau banyak
|
||
1
|
3.8
|
0; Endapan Banyak
|
10; Endapan Banyak
|
30; Endapan Banyak
|
2
|
4.7
|
0; Endapan Sedikit
|
10; Endapan Sedikit
|
30; Endapan Sedikit
|
3
|
5.0
|
0; Tidak Ada
|
10; Tidak Ada
|
30; Tidak Ada
|
4
|
5.3
|
0; Tidak Ada
|
10; Tidak Ada
|
30; Tidak Ada
|
5
|
5.9
|
0; Tidak Ada
|
10; Tidak Ada
|
30; Tidak Ada
|
Setelah dipanaskanm, hasilnya sama dengan hasil semula.
Pada praktikum di atas,
semaikn kecil pH buffer asetatnya, semakin banyak endapannya. Karena pH yang
kecil dan benyak membantuk endapan berarti selisih muatan listriknya antara
yang positif dan negatif sama. Sehingga, tidak dapat bergerak dan membantuk
endapan atau warna keruh. Jadi, pada pH 3,8 dan 4,7 sebagai dua pH terkecil
dapat membentuk endapan, karena terbentuk muatan negatif dan positif yang sama.
BAB V
KESIMPULAN
- Albumin, Gelatin, Kasein positif Polipetida. Sedangkan, Glisin negatif.
- Pada Albumin, Geltain, Fenilanalin, terdapat asam amino bebas. Sedangkan Kasein dan Pepton tidak.
- Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan Gelatin dan Kasein tidak.
- Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96 %. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.
- Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
- Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
- Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung