Pengertian, Komponen, Startegi dan Teknik Bertanya, serta Langkah-Langkah hingga Keunggulan dari Metode Ingquiry
Tuesday, October 20, 2015
wawasanpendidikan.com; beberapa Metode Pembelajaran yang telah dipaparkan sebelumnya seperti Metode Pembelajaran NHT, Metode Gallery Walk, Metode Demonstrasi, Metode Crossword Puzzle, Metode Investigasi dan Metode Tutor Sebaya. Kali ini sobat pendidikan akan melanjutkan pembahasan tentang Metode Pembelajaran Ingquiry.
Pengertian, Komponen, Startegi dan Teknik Bertanya, serta Langkah-Langkah hingga Keunggulan dari Metode Ingquiry
A. Pengertian Inquiry
Inquiry berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan. Strategi ini berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menemukan, merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis inquiry. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry, antara lain: observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (pola gathering), penyimpulan (conclusion), sedangkan langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
2) Mengamati atau melakukan observasi.
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir, metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analisis, dan kritis. Sebagaimana Mel Silberman menyatakan beberapa pernyataan yang perlu direnungkan yaitu antara lain:
- Apa yang saya dengar, saya lupa.
- Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
- Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai faham.
- Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
- Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Inquiry ini dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan yang lebih bermakna bagi mereka daripada mengingat seperangkat fakta-fakta yang diberikan oleh guru. Sebagai metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar- dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan, dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
B. Komponen Inquiry
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen umum yaitu:
a. Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
b. Student Engangement.
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
c. Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
d. Performance Evaluation.
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
e. Variety of Resources.
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
C. Strategi Inquiry dan Teknik Bertanya
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah:
- Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
- Keterarahan kegiatan logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.M
- Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat ber inquiry secara maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa. Kondisi tersebut ialah:
a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, di mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada.
b. Inquiry berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inquiry. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda di antara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inquiry bersifat open ended. Inquiry bersifat open ended jika berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar. Di samping inquiry terbuka dikenal pula inquiry tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil proses inquiry.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis dan pada umumnya. Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inquiry adalah sebagai berikut:
- Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir.
- Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
- Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
- Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
- Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
- Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
- Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya. Strategi belajar-mengajar inquiry dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar, seperti metode tanya-jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya. Suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi tertentu. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi. Dari sidang pleno-lah kesimpulan dirumuskan, sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan; hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan. Juga diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.
Teknik ini dapat juga berjalan sebagai berikut: guru menunjukkan sesuatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa di kelas. Semua siswa disuruh untuk mengamati, meraba, melihat dengan seluruh alat inderanya. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap dengan jawaban, maka ia akan mendapat giliran mengemukakan pendapatnya. Jawaban, yang sudah dikemukakan oleh temannya terdahulu, tidak boleh diulang. Jadi masalah itu berkembang seperti harapan; tidak menyeleweng pada baris pelajaran yang telah direncanakan. Murid menemukan banyak masukan (bahan-bahan) yang berarti. Hal itu bisa terjadi, bila proses interaksi belajar mengajar ada arah perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”.
Dalam proses belajar siswa memerlukan waktu untuk menggunakan daya otaknya untuk berpikir dan memperolah pengertian tentang konsep, prinsip dan teknik menyelidiki masalah. Untuk meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Membimbing kegiatan laboratorium.
2) Modifikasi inquiry.
3) Kebebasan inquiry.
4) Inquiry pendekatan peranan.
5) Mengundang ke dalam inquiry.
6) Teka-teki bergambar.
7) Synectics lesson.
8) Kejelasan nilai-nilai.
Maksudnya yang pertama. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Di mana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.
Kedua. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok. Bantuan yang bisa diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
Ketiga. Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu; serta telah melakukan “modifikasi inquiry”, maka siswa telah siap untuk melakukan kegiatan kebebasan inquiry. Dimana guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari.
Keempat. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para “ilmiawan”. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa dan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti: merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya.
Kelima. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan di atas, bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
Keenam. Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa di dalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
Ketujuh. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif, dan komponen-komponen rasional kreatif pada permulaannya adalah lebih penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat dilaksanakan karena “kiasan” dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktural mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
Kedelapan. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan- keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan “self-concept” siswa. Ternyata dengan teknik inquiry siswa melakukan tugas-tugas kognitif lebih baik.
Agar teknik ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
2. Kondisi lingkungan yang responsif.
3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4. Kondisi yang bebas dari tekanan.
Dalam teknik inquiry guru berperanan untuk:
1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir.
2. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak.
3. Memberikan dukungan untuk “ inquiry”.
4. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.
5. Mengidentifikasi dan menggunakan “teachable moment”.
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inquiry”.
1. Otonomi siswa.
2. Kebebasan dan dukungan pada siswa.
3. Sikap keterbukaan.
4. Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
5. Self-concept.
6. Pengalaman inquiry, terlibat dalam masalah-masalah.
D. Langkah-Langkah Inquiry
D. Langkah-Langkah Inquiry
Pada strategi inquiry, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda- beda sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka. Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organizer. Selanjutnya siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan melaporkan hasilnya. Akhirnya, siswa mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru di luar penyelidikan mereka.
Langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar seperti itu dapat disusun sebagai berikut:
- Tahap Pertama. Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana)
- Tahap Kedua. Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
- Tahap Ketiga. Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (Merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya)
- Tahap Keempat, Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok.
- Tahap Kelima, Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar.
- Tahap Keenam, Evaluasi dapat juga dirinci dengan model belajar kelompok sebagai berikut:
E. Keunggulan Metode Inquiry
Adapun teknik inquiry ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
- Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
- Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
- Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
- Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
- Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
- Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
- Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. kita semua..
sumber:
- W. Gulo. (2005). Strategi Belajar Mengajar. PT. Grasindo: Jakarta
- Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
- E. Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
- Mel Silberman. (1996) Active Learning. Singapore: Allyn and Bacon
- Rostiyah NK. (2008). Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baca Juga:
10 Model Pembelajaran dan Langkah-Langkahnya
Model Pembelajaran Koperatif Tipe CIRC
Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model Pembelajaran Problem Posing
Model Pembelajaran Index Card Match
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Koperatif
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Koperatif Tipe Make a Match
Model Pembelajaran Konvensional
Model Pembelajaran Koperatif Tipe CIRC
Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model Pembelajaran Problem Posing
Model Pembelajaran Index Card Match
Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Koperatif
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Koperatif Tipe Make a Match
Model Pembelajaran Konvensional