Makalah tentang Teori Dalam Penelitian
Saturday, March 22, 2014
wawasanpendidikan.com , hari ini sangat cerah, semoga teman-teman juga merasakan cerahnya hari ini. aminn kali ini sobat pendidikan akan berbagi makalah tentang Teori Dalam Penelitian. yah ini sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan biasanya menggunakan teori sebagai landasan atau pegangan saat melakukan penelitian. terkadang juga penelitian menghasilkan suatu teori baru... sehingga teori terhitung sangat penting dalam penelitian....semoga bermanfaat..
I. PENDAHULUAN
Berikut ini kami terjemahkan buku “Reseach Design” karangan Jhon W. Creswell. Dalam buku ini disampaikan bahwa. Salah satu komponen penting dalam melakukan penelitian adalah menentukan teori apakah yang akan digunakan untuk mengeksplorasi rumusan masalah. Dalam penelitian kuantitatif, pe¬neliti sering kali menguji berbagai teori untuk rnenjawab rumusan masalahnya. Dalam proposal disertasi kuantitatif, semua bagian di dalamnya bisa saja dirancang untuk menyajikan teori yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, penggunaan teori lebih bervarlasi lagi. Bahkan, peneliti kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitian, misalnya dalam penelitian grounded theory. Dalam penelitian kualitatif, teori bisa juga muncul di awal penelitian sebagai perspektif yang nantinya dapat membentuk apa yang dilihat dan rumusan masalah apa yang diajukan, seperti dalam penelitlan etnografi atau advokasi. Dalam penelitian metode campuran, peneliti bisa saja menguji atau justru membuat suatu teori. Bahkan, penelitian dengan metode campuran bisa didasarkan pada satu perspektif teoretis, seperti fokus pada isu-isu feminis, ras, atau kelas, yang nantinya dapat menuntun keseluruhan tahap penelitian.
Dalam buku ini juga di awali dengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian kuantitatif, menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian kuantitatif. Selanjutnya, dibahas prosedur-prosedur dalam mengidentifikasi teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian, pembahasan akan beralih pada penggunaan teori dalam penelitian kualitatif. Para peneliti kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, seperti pola-pola, kacamata teoretis, atau generallsasi natu¬ralist/k, untuk mendeskripsikan sudut pandang mereka dalam pe¬nelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori kualitatif. Di bagian akhir, bab ini akan beralih pada penggunaan teori dalam penelitian metode campuran, dan penerapan perspektif trans-formatif yang populer dalam pendekatan ini.
Dalam buku ini juga di awali dengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian kuantitatif, menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian kuantitatif. Selanjutnya, dibahas prosedur-prosedur dalam mengidentifikasi teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian, pembahasan akan beralih pada penggunaan teori dalam penelitian kualitatif. Para peneliti kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, seperti pola-pola, kacamata teoretis, atau generallsasi natu¬ralist/k, untuk mendeskripsikan sudut pandang mereka dalam pe¬nelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori kualitatif. Di bagian akhir, bab ini akan beralih pada penggunaan teori dalam penelitian metode campuran, dan penerapan perspektif trans-formatif yang populer dalam pendekatan ini.
II. DEFINISI TEORI
Dalam penelitian Kuantitatif tentang penggunaan teori kualitatif dalam penelitian beberapa preseden historis untuk me¬mandang teori sebagai prediksi atau penjelasan saintifik (lihat G. Thomas,1977, rnengenai cara-cara mengkonseptualisasikan teori dan bagaimana teori dapat mempersempit ruang lingkup penelitian). misalnya, definisi Kerlinger (1979) tentang teori masih berlaku hingga saat ini. Dia berpendapat bahwa teori merupakan seperangkat konstruk (variabel-variabel), definisi-definisi, dan proposisi-proposisi yang saling berhubungan yang mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan; antarvariabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah (him. 64).
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci hubungan antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argunentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia. Labovitz dan Hagedom (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan tentang theoretical ratio¬nale, yang dimaknai sebagai "usaha mengetahui bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan-pernyataan relasional saling berhubungan satu sama lain" (hlm. 17). Pembahasan mengenai teori biasa¬nya muncul di bagian tinjauan pustaka atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoretis, atau perspektif teoretis, meskipun Jhon W. Creswell lebih suka dengan istilah perspektif teoretis karena istilah ini lebih banyak digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proposal penelitian
Metafora pelangi (metaphor of a rainbow) mungkin dapat mem¬bantu kita memvisualisasikan bagaimana suatu teori beroperasi. Dalam hal ini, pelangi menjembatani variabel bebas dan variabel ter-ikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersama variabel¬-variabel tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana dan mengapa seseorang harus berharap pada variabel bebas untuk menjelaskan atau memprediksikan variabel terikat. Teori-teori berkembang ketika peneliti tengah menguji suatu prediksi secara terus-menerus.
Dalam bukunya ini Jhon W. Creswell menunjukkan bagaimana suatu teori ini berkembang dalam penelitian. Misalnya, peneliti mengombinasikan variabel-variabel bebas, mediating dan terikat berdasarkan ukurannya yang berbeda-beda dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah ini memberikan informasi tentang jenis hubungan antar¬variabel (apakah positif, negatif, atau tidak diketahui) dan magnitudenya (apakah kuat atau lemah). Dengan memasukkan informasi ini ke dalam pernyataan prediktif (hipotesis), peneliti bisa menulis, "Semakin kuat sentralitas kekuasaan dalam diri pemimpin, semakin besar disenfranchisement dalam diri pengikutnya." Ketika peneliti menguji hipotesis-hipotesis seperti ini dalam setting yang berbeda¬-beda dan dengan populasi yang berbeda-beda pula (seperti, Pramuka, gereja Presbyterian, Rotary Club, dan siswa-siswa SMA) maka teori pun akan muncul, dan ia bisa memberinya nama (seperti, teori atribusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori muncul dan berkembang sebagai penjelasan atas suatu pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu (G. Thomas, 1997).
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci hubungan antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argunentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia. Labovitz dan Hagedom (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan tentang theoretical ratio¬nale, yang dimaknai sebagai "usaha mengetahui bagaimana dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan-pernyataan relasional saling berhubungan satu sama lain" (hlm. 17). Pembahasan mengenai teori biasa¬nya muncul di bagian tinjauan pustaka atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoretis, atau perspektif teoretis, meskipun Jhon W. Creswell lebih suka dengan istilah perspektif teoretis karena istilah ini lebih banyak digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proposal penelitian
Metafora pelangi (metaphor of a rainbow) mungkin dapat mem¬bantu kita memvisualisasikan bagaimana suatu teori beroperasi. Dalam hal ini, pelangi menjembatani variabel bebas dan variabel ter-ikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersama variabel¬-variabel tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana dan mengapa seseorang harus berharap pada variabel bebas untuk menjelaskan atau memprediksikan variabel terikat. Teori-teori berkembang ketika peneliti tengah menguji suatu prediksi secara terus-menerus.
Dalam bukunya ini Jhon W. Creswell menunjukkan bagaimana suatu teori ini berkembang dalam penelitian. Misalnya, peneliti mengombinasikan variabel-variabel bebas, mediating dan terikat berdasarkan ukurannya yang berbeda-beda dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah ini memberikan informasi tentang jenis hubungan antar¬variabel (apakah positif, negatif, atau tidak diketahui) dan magnitudenya (apakah kuat atau lemah). Dengan memasukkan informasi ini ke dalam pernyataan prediktif (hipotesis), peneliti bisa menulis, "Semakin kuat sentralitas kekuasaan dalam diri pemimpin, semakin besar disenfranchisement dalam diri pengikutnya." Ketika peneliti menguji hipotesis-hipotesis seperti ini dalam setting yang berbeda¬-beda dan dengan populasi yang berbeda-beda pula (seperti, Pramuka, gereja Presbyterian, Rotary Club, dan siswa-siswa SMA) maka teori pun akan muncul, dan ia bisa memberinya nama (seperti, teori atribusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori muncul dan berkembang sebagai penjelasan atas suatu pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu (G. Thomas, 1997).
“Theory develops as explanation to advance knowledge in particular fields(G. Thomas, 1997)”Teori-teori bisa saja muncul dalam berbagai disiplin ilmu sosial, seperti psikologi, sosiologi, antropologi, pendidikan, dan ekonorni, serta dalam subbidang-subbidang lain. Teori-teori ini tentu saja dapat diakaes, misalnya, dengan mencarinya dalam database-database literatur (scperti, Psychological Abstracts, Sociological Abstracts) atau mereview petunjuk-petunjuk dalam literatur yang membahas teori teori tersebut (misalnya, lihat Webb, Beals, & White, 1986).
III. BENTUK-BENTUK TEORI
III. PENERNPATAN TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
IV. TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
2. Teori digunakan Sebagai pandangan umum (Theoretical lens or perspective to guide their study)
Para peneliti kualitatif sering kali menggunakan perspektif teori sebagai pandangan umum/panduan untuk meneliti gender, klas dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompok marginal)
Beberapa perspektif teoritik yang bisaa digunakan dalam penelitian qualitative adalah sebagai berikut.
4. Beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori secara eksplisit. Hal tersebut bisa saja diakibatkan karna dua hal :
Langkah-langkah penggunaan teori dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
V. TEORI DALAM METODE CAMPURAN
Langkah-langkah penggunaan teori dalam penelitian metode campuran adalah sebagai berikut :
VI. KESIMPULAN
Sumber:
Dalam proposal penelitian, peneliti menegaskan teorinya dalam beberapa bentuk, seperti hipotesis, pernyataan logika "jika-maka", atau bentuk visual. Pertama, peneliti menegaskan teori dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan.
Gambar: Tiga Variable Bebas mempengaruhi Satu Variable Terikat yang Dimediasi Dua Variable Intervening
Kedua, meneliti menyatakan teori dalam bentuk pernyataan "jika¬…maka" yang menunjukkan mengapa seseorang harus berharap variabel betas dapat memengaruhi variabel terikat. Misalnya, Homans (1950) menielaskan teori tentang interaksi:
Ketiga, peneliti dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini penting untuk menerjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual. Blalock (1969, 1985, 1991) menampilkan causal model¬ing dengan membentuk teori-teori verbal menjadi model-model kausal sehingga pembaca dapat menvisualisasi hubungan antar¬variabel.
Gambar: Dua kelompok dengan Treatment yang berbeda-beda di komparasikan berdasarkan pengaruh terhadap Y
Ada dua contoh sederhana yang dapat disajikan di sini. Seperti yang tampak pada Gambar 1.1, tiga variabel bebas meme¬ngaruhi satu variabel terikat, yang juga dimediasi oleh pengaruh dan dua variabel intervening. Diagram semacam ini menunjukkan adanya rangkaian kausalitas antarvariabel yang menuntun modeling melewati suatu analisis dan analisis-analisis lain yang lebih remit dengan menggunakan sistem pengalian antarvariabel, seperti yang terdapat dalam model ekuasi struktural (lihat Kline, 1998). Pada level preliminer, Duncan (1985) memberikan saran penting untuk membuat diagram-diagram kausal seperti ini:
- Posisikan variabel-variabel bebas di bagian kanan diagram dan variabel-variabel terikat di bagian kiri.
- Gunakan anak pariah satu-arah yang menuntun setiap variabel utama (variabel bebas) menuju variabel-variabel lain (variabel terikat dan variabel intervening/ control) yang bergan tung padanya.
- Tunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel dengan menyisip¬kan simbol-sirnbol valensi dalam setiap anak pariah. Gunakan valensi positif atau negatif untuk mempostulasi atau menyimpul¬kan hubungan-hubungan antarvariabel.
- Gunakan anak panah two-headed yang terhubung satu sama lain untuk menunjukkan hubungan yang tidak dianalisis di antara variabel-variabel yang tidak terkait dengan hubungan-hubungan lain.
Diagram kausal yang lebih rumit dapat dibuat dengan notasi¬notasi tambahan. Contoh di atas merupakan contoh dasar yang menggunakan variabel-variabel yang terbatas, seperti yang sering terdapat dalam penelitian metode survei.
Gambar: Model Visual untuk Teori Tentang Perfoma Akademik Para Guru
Variasi atas model di atas bisa dilakukan dengan menambahkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebagai variabel¬-variabel yang dikomparasikan berdasarkan pengaruhnya terhadap hasil akhir (variabel terikat). Seperti yang tampak pada Gambar 1.2, dua kelompok dalam variabel X dikomparasikan berdasarkan pengaruhnya terhadap Y, variabel terikat. Rancangan seperti ini sering diterapkan untuk penelitian eksperimen antarkelompok. Mengenai aturan-aturan notasi, sama seperti yang dijelaskan pada contoh sebelumnya.
Jhon W. Creswell menunjukkan dua contoh ini hanya untuk memperkenal¬kan kemungkinan-kemungkinan menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat agar teori yang akan dipakai dapat terbangun secara utuh. Ada juga model-model yang lebih rumit, biasanya dengan menggunakan sistem pengalian antara variabel bebas dan variabel terikat dalam bentuk model kausal yang sangat rinci (Blalock, 1969, 1985). Misalnya, Jungnickel (1990), dalam proposal disertasinya tentang produktivitas penelitian antarguru di sekolah¬sekolah farmasi, menyajikan contoh visual yang kompleks, seperti yang tampak pada Gambar 1.3. Jungnickel mempertanyakan faktor¬-faktor apa saja yang memengaruhi performa penelitian akademik para guru di sekolah-sekolah farmasi.
Gambar: Pendekatan deduktif dalam penelitian kuantitatif
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor ini dalam literatur-literatur yang ada, dia menyesuai¬kannya dengan kerangka teoretis yang terdapat dalam penelitian¬-penelitian keperawatan (Megel, Langston, Creswell, 1988), lalu mem-buat model visual yang melukiskan hubungan antara faktor-faktor ini, dengan aturan-aturan model visual seperti yang baru saja diper¬kenalkan. Jungnickel memerinci variabel-variabel bebas di bagian kiri, variabel-variabel intervening di bagian tengah, dan variabel¬-variabel terikat di bagian kanan. Arah pengaruh membentang dari kin ke kanan dengan simbol panah, dan simbol plus dan minus untuk menunjukkan arah hipotesis.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan teori secara deduktif dan meletakkannya di awal proposal penelitian. Karena tujuannya adalah untuk menguji atau menverifikasi suatu teori ketimbang mengembangkannya maka peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori tersebut, dan menyatakan konfirmat atau diskonfirrnasi atas teori tersebut berdasarkan hal yang diperoleh. Teori menjadi kerangka kerja untuk keselurultan penelitian yang nantinya berfungsi mengorganigasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian serta prosedur pengum¬pulan data. Model berpikir deduktif yang diterapkan dalam pene¬litian kuantitatif tampak pada Gambar 3.4. Peneliti menverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan masalah atau hipotesis-hipo¬tesis yang berasal dari teori irti. Hipotesis atau rumusan tersebut berisi variabel-variabel (konstruk-konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan definisi-definisi yang terdapat &lam literatur. Dari sinilah, peneliti menggunakan suatu instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku¬perilaku para partisipan. Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-¬skor yang diperolehnya dari instrumen ini untuk mengonfirmasi atau mendiskonfirmasi teori tersebut.
Table: Opsi-Opsi Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Pada hakikatnya, pendekatan deduktif yang bisa diterapkan dalam penelitian kuantitatif juga turut memengaruhi peletakan teori di dalamnya (lihat Tabel 2.1). Petunjuk umurnnya adalah memper-kenalkan teori di awal proposal penelitian: dalam pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan masalah (sebagai rasionalisasi atas hubungan antarvariabel), atau dalam bab/ subbab khusus. Masing-masing penempatan itu memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri.
Teori pada bagian terpisah dalam proposal penelitian sehingga pembaca dapat dengan mudah mengidentifikasi teori tersebut dari komponen-komponen lain. Dengan meletakkan teori di bagian khusus, dan dapat memberikan penjelasan yang memadai tentang teori tersebut, fungsinya, dan hubungannya dengan penelitian
Menulis Perspektif Teoretis Kuantitatif
Berdasarkan opsi-opsi yang sudah disajikan sebelumnya, berikut ini saya akan menunjukkan satu contoh penulisan perspektif teoretis dalam penelitian kuantitatif. Anggap saja, tugas Anda saat ini adalah mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan hubungan Obi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Berdasarkan opsi-opsi yang sudah disajikan sebelumnya, berikut ini saya akan menunjukkan satu contoh penulisan perspektif teoretis dalam penelitian kuantitatif. Anggap saja, tugas Anda saat ini adalah mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan hubungan Obi antara variabel bebas dan variabel terikat.
- Periksalah literatur-literatur yang kemurtgkinan membahas teori ini. Jika unit analisis untuk variabel-variabel penelitian adalah seorang individu, periksalah dalam literatur psikologi. Jika unit analisisnya adalah kelompok-kelompok atau organisasi, lihatlah dalam literatur sosiologi. Jika penelitiannya hendak menguji individu-individu clan kelompok-kelompok, pertimbangkanlah literature sosial-psikologi. Tentu saja, teori-teori dari disiplin lain bisa saja berguna (misalnya, untuk meneliti isu ekonomi, teorinya dapat ditemukan dalam literatur-literatur ekonomi).
- Periksa pula penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau yang sangat berkaitan dengan topik Anda. Teori-teori apa yang digunakan oleh para penelitinya? Batasilah jumlah teori dan cobalah mengidentifikasi satu teori yang dapat menjelaskan hipotesis inti atau rumusan masalah utama.
- Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, buatlah rumusan masalah dengan metafora pelangi agar dapat menjembatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat, seperti: Mengapa variabel(-variabel) bebas berpengaruh pada variabel- variabel terikat?
- Jelaskan teori Anda dalam bagian khusus. Ikuti kalimat-kalimat berikut: "Teori yang akan digunakan adalah..... (nama teori). Teori ini dikembangkan oleh (sumber atau pengembang teori) dan sudah banyak diterapkan dalam penelitian mengenai..... (topik-topik penelitian yang menerapkar teori ini sebagai landasannya). Teori ini menegaskan bahwa(proposisi-proposisi atau hipotesis-hipotesis dalam teori tersebut). Diaplikasikan pada penelitian ini, teori tersebut diharapkan dapat menjelaskan pengaruh variabel(-variabel) bebas..... (variabel-variabel bebas) terhadap variabel(-variabel) terikat..... (variabel-variabel terikat) karena..... (penjelasan yang didasarkan pada logika dari teori tersebut)."
Dengan demikian, topik-topik yang harus dimasukkan ke dalam pembahasan mengenal teori kuantitatif ini mencakup antara teori yang digunakan, hipotesis-hipotesis atau proposisi-proposisi dari teori tersebut, informasi tentang aplikasi teori tersebut dalam penelitian-penelitian sebelumnya, dan pernyataan yang mencerrnin¬kan bagaimana teori tersebut berhubungan dengan penelitian yang diajukan.
Para peneliti qualitative menggunakan teori untuk tujuan yang berbeda-beda.
1. Teori digunakan sebagai penjelas (Explanation)
Dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelas atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variable-variabel, konstruk-konstruk dan hipotesis penelitian. Misalnya, para ahli etnografi memanfaatkan tema2 kultural atau aspek-aspek kebudayaan”. Tema-tema ini bisa memberikan serangkaian hipotesis siap pakai untuk diuji dengan literature yang ada. Meskipun peneliti kualitatif tidak merujuk pada tema-tema tersebut sebagai teori mereka, tema-tema ini umumnya menyediakan penjelasan lengkap yang sering kali dimanfaatkan oleh para antropolog untuk meneliti perilaku dan culture-sharing.
Dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelas atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variable-variabel, konstruk-konstruk dan hipotesis penelitian. Misalnya, para ahli etnografi memanfaatkan tema2 kultural atau aspek-aspek kebudayaan”. Tema-tema ini bisa memberikan serangkaian hipotesis siap pakai untuk diuji dengan literature yang ada. Meskipun peneliti kualitatif tidak merujuk pada tema-tema tersebut sebagai teori mereka, tema-tema ini umumnya menyediakan penjelasan lengkap yang sering kali dimanfaatkan oleh para antropolog untuk meneliti perilaku dan culture-sharing.
2. Teori digunakan Sebagai pandangan umum (Theoretical lens or perspective to guide their study)
Para peneliti kualitatif sering kali menggunakan perspektif teori sebagai pandangan umum/panduan untuk meneliti gender, klas dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompok marginal)
Beberapa perspektif teoritik yang bisaa digunakan dalam penelitian qualitative adalah sebagai berikut.
- Perspektif feminis menggugat kondisi wanita yang saat ini ditindas sewenang-wenang dan institusi-institusi yang turut membentuk kondisi tersebut
- Wacana rasial memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang konstruksi dan control atas pengetahuan2 yang berbau ras, khususnya tentang orang-orang dan komunitas-komunitas kulit berwarna
- Perspektif teori kritis focus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari kungkungan rasial, kelas dan gender yang dilekatkan pada mereka.
- Teori queer berfokus pada individu-individu yang menamakan dirinya sebagai kelompok lesbian, gay, biseksual atau transgender.
- Studi ketidakmampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang melibatkan para pengurus sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak dengan ketidakmampuan-ketidakmampuan tertentu.
3. Teori digunakan sebagai point akhir (Dengan menggunakan teori sebagai point akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan teorinya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.
Peneliti memulai penelitiannya dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari para partisipan, lalu membentuk informasi ini menjadi kategori-kategori atau tema-tema tertentu. Tema-tema ini kemudian dikembangkan menjadi pola-pola, teori-teori atau generalisasi untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman pribadi atau dengan literature-literatur yang ada.
4. Beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori secara eksplisit. Hal tersebut bisa saja diakibatkan karna dua hal :
- Karna tidak ada satupun penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar murni”
- Karena struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan starting point bagi keseluruhan observasi.
Bagaimana teori itu digunakan, akan turut mempengaruhi penempatannya dalam sebuah penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang menggunakan tema cultural atau perspektif teoritik, teori muncul diawal penelitian. Sesuai dengan rancangan penelitian kualitatif, teori dapat muncul diawal dan dapat dimodifikasi atau disesuaikan sedemikian rupa berdasarkan pandangan dari para partisipan.
Pengembangan suatu model visual yang kemudian dihubungkan dengan variable-variabel, merancang model tersebut secara induktif dari komentar-komentar informan dan meletakkan model tersebut diakhir penelitian, yang didalamnya proposisi utama dapat dibedakan dengan teori-teori atau literature-literatur yang sudah ada.
Langkah-langkah penggunaan teori dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
- Pastikan apakah teori tersebut dapat digunakan dalam penelitian qualitative atau tidak
- Jika bisa diterapkan, identifikasi bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan digunakan dalam penelitian anda; apakah sebagai penjelasan, sebagai end-point penelitian atau sebagai perspektif advokasi.
- Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian yang tepat, sesuai dengan tujuan digunakannya teori tersebut
V. TEORI DALAM METODE CAMPURAN
Teori dalam metode campuran dapat diterapkan secara deduktif (seperti
dengan pengujian atau verifikasi teori kuantitatif) dan induktif
(seperti dengan pemunculan teori atau pola kualitatif). Cara lain untuk
menggunakan teori dalam metode campuran adalah dengan menjadikan teori
sebagai perspektif teoritis untuk menuntun penelitian.
Langkah-langkah penggunaan teori dalam penelitian metode campuran adalah sebagai berikut :
- Tentukan teori apa yang akan digunakan
- Identifikasi penerapan teori tersebut dalam hubungannya dengan pendekatan qualitative dan quantitative
- Jika teori digunakan sebagai strategi transformasional dalam penelitian, jelaskan strategi tersebut dan bahaslah point-point intinya dalam penelitian yang diajukan, yang didalamnya gagasan-gagasan emansipatoris juga digunakan.
VI. KESIMPULAN
Teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang saling
berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang
memerinci hubungan antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau
direction). Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai
argunentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu
menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia. Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan teori secara deduktif dan
meletakkannya. dalam pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah
hipotesis atau rumusan masalah (sebagai rasionalisasi atas hubungan
antarvariabel), atau dalam bab/ subbab khusus. Karena tujuannya adalah
untuk menguji atau menverifikasi suatu teori ketimbang mengembangkannya.
Dan memudahkan pembaca untuk mengidentifikasi teori tersebut dari
komponen-komponen lain. Dengan meletakkan teori di bagian khusus, dan
dapat memberikan penjelasan yang memadai tentang teori tersebut,
fungsinya, dan hubungannya dengan penelitian.
Para peneliti
qualitative, dapat menggunakan teori sebagai penjelasan umum, misalnya
dalam etnografi. Teori juga dapat diterapkan sebagai perspektif teoritis
untuk membantu peneliti memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang
gender, kelas, ras dsb. Teori juga dapat diterapkan sebagai point akhir
penelitian (end point), pola (pattern) atau generalisasi yang secara
induktif berawal dari pengumpulan dan analisis data. Para peneliti
qualitative yang menerapkan grounded theory, misalnya, berusaha
menghasilkan suatu teori yang didasarkan (grounded) pada
pandangan-pandangan para partisipan, lalu memosisikannya sebagai
kesimpulan diakhir penelitian mereka. Meski demikian, ada juga beberapa
penelitian qualitative yang tidak menyertakan teori secara eksplisit,
hanya menyajikan penelitian deskriptif tentang fenomena utama, seperti
penenlitian fenomenologi.
Para peneliti metode campuran dapat
menerapkan teori secara deduktif (sebagaimana dalam penelitian
quantitative) ataupun secara induktif (sebagaimana dalam penelitian
qualitative). Mereka juga dapat mengawalinya dengan menggunakan
perspektif-perspektif teoritis dalam penelitian metode campuran. Bahkan,
beberapa buku saat ini (seperti, Mertens, 2003) sudah menyediakan
prosedur-prosedur khusus bagaimana memasukan beragam perspektif tersebut
ke dalam tahap-tahap penelitian.
Sumber:
Creswell, J.W. (2003). Reseach
Design Qualitatif, Quantitatif Dan Mixed Methods Approaches Second Edition. University of Nebraska. Lincoin